Senin, 13 Maret 2017

Masa Dewasa, Keperawatan Dewasa, Dampak Pelayanan Kesehatan Terhadap Praktek Orang Dewasa



Tugas Individu
                                     Ilmu Keperawatan Dasar III                                    





AMSAL MIRINO




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASI
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap orang berkembang dengan karakteristik tersendiri. Hampir sepanjang waktu perhatian kita tertuju pada keunikan masing-masing. Sebagai manusia, setiap orang melalui jalan-jalan yang umum. Setiap diri kita mulai belajar berjalan pada usia satu tahun, berjalan pada usia dua tahun, tenggelam pada permainan fantasi pada usia kanak-kanak, belajar mandiri pada usia remaja dan akhirnya belajar bertanggung jawab pada usia-dewasa. Dewasa adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, yang kemudia pada masa dewasa ini, identitas diri didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental umurnya. Ketika manusia meginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna hidupnya. Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membukukan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. Dalam makalah ini, akan dipaparkan lebih jauh tentang Masa Dewasa.

B.     Rumusan Masalah
·         Apa Pengertian Masa Dewasa, Dewasa Awal, Dewasa Tengah?
·         Apa saja ciri-ciri dewasa awal dan dewasa tengah?
·         Apa saja perkembangan dewasa awal dan dewasa tengah?
·         Apa saja tugas-tugas perkembangan dewasa awal dan dewasa tengah?
·         Apa saja masalah-masalah kesehatan dewasa awal dan dewasa tengah?






C.    Tujuan
·         Mengetahui pengertian masa dewasa, dewasa awal, dewasa tengah?
·         Mengetahui ciri-ciri dewasa awal dan dewasa tengah?
·         Mengetahui perkembangan dewasa awal dan dewasa tengah?
·         Mengetahui tugas-tugas perkembangan dewasa awal dan dewasa tengah?
·         Mengetahui masalah-masalah kesehatan dewasa awal dan dewasa tengah?

























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Dewasa
Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin, yang berarti “tumbuh menjadi dewasa”. akan tetapi adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna”, atau “telah menjadi dewasa”. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Elizabeth Hurlock, Developmental Psychology, 1991).

B.     Dewasa Awal
a.      Pengertian Dewasa Awal
·         Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri yang didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental umurnya.
·         Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. (H. S. Becker)
·         Dewasa Awal merupakan masa dewasa atau satu tahap yang dianggap kritikal selepas alam remaja yang berumur dua puluhan (20-an) sampai tiga puluhan (30-an). Ia dianggap kritikal karena disebabkan pada masa ini manusia berada pada tahap awal pembentukan karir dan keluarga.






b.      Ciri-ciri Dewasa Awal
Masa dewasa awal dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk bisa hidup mandiri. Di bawah ini ada 10 ciri-ciri masa dewasa awal yaitu;
                     1.         Masa Usia Produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini adalah masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi /menghasilkan anak. Pada masa ini organ reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan individu baru (anak)
                     2.         Masa Keterasingan Sosial
Masa dewasa dini adalah masa dimana seseorang mengalami terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial. Kegiatan sosial dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan teman-teman sebaya juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir.
                     3.         Masa Pengaturan (settle down)
Pada masa ini seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia menentukan mana yang sesuai, cocok, dan memberi kepuasan permanen. Ketika ia sudah menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan mengembangkan pola-pola prilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.
                     4.         Masa Bermasalah
Masa dewasa awal dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak bias mengatasinya maka akan menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu;
·         Pertama, individu tersebut kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan tidak bisa menyesuaikan dengan babak/peran baru tersebut.
·         Kedua, karena kurang persiapan maka ia kaget dengan 2 peran/lebih yang harus diembannya secara serempak.
·         Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapapun dalam menyelesaikan masalah.
                     5.         Masa Ketegangan Emosional
Ketika seseorang berumur duapuluhan (sebelum 30-an), kondisi emosionalnya tidak terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang tua. Maka kebanyakan akan tidak terkendali dan berakhir pada stress bahkan bunuh diri. Namun, ketika sudah berumur 30-an, seseorang akan cenderung stabil dan tenang dalam emosi.
                     6.         Masa Ketergantungan
Pada awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih punya ketergantungan pada orang tua atau organisasi/instnasi yang mengikatnya.
                     7.         Masa Komitmen
Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Ia mulai membentuk pola hidup, tanggungjawab, dan komitmen baru.
                     8.         Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika seseorang sudah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggungjawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda. (peran sebagai orang tua dan sebagai pekerja.
                     9.         Masa Perubahan Nilai
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini berubah karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai dipandang dengan kaca mata orang dewasa. Nilai-nilai yang berubah ini dapat meningkatkan kesadaran positif. Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima/berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan berubah menjadi sosial ketika ia sudah menikah.
                   10.       Masa Kreatif
Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat apa yang diinginkan. Namun kreatifitas tergantung pada minat, potensi, dan kesempatan yang dimilikinya.

c.       Perkembangan Dewasa Awal
1.       Perkembangan Fisik
Kebanyakan orang dewasa awal berada di puncak kesehatan, kekuatan, energi dan daya tahan, serta di puncak fungsi sensori dan motorik.
2.      Perkembangan Kognitif (Menurut Turner & Helms)
Perkembangan kognitif dewasa awal berada pada post formal reasoning/penalaran post formalkemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical thought), yaitu kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran yang bersifat kontraktif, sehingga individu mampu mensintesiskannya dalam pemikiranbaru dan kreatif.
3.      Perkembangan Emosi
Pada tahap dewasa awal ini, seseorang akan mengalami masa ketegangan emosional berupa : Kondisi emosionalnya tidak terkendali, Cenderung labil, Mudah Resah, Mudah memberontak, Emosi sangat bergelora, Mudah tegang, Sering khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang tua
4.      Perkembangan Sosial (Psikososial)
Menurut Eric Ericson Dewasa awal masuk pada Psikososial     tahap 6, yaitu: Keintiman vs isolasi Dalam tahap ini keintiman dan isolasi harus seimbang untuk memunculkan nilai  positif yaitu cinta. Cinta yang   dimaksud tidak hanya dengan kekasih melainkan cinta secara luas dan universal (misal pada keluarga,  teman, saudara, binatang, dll).







d.      Tugas – tugas Perkembangan Dewasa Awal
Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas – tugas perkembangan dewasa awal menurut R. J.Havigurst (1953:9) mengemukakan rumusan tugas – tugas perkembangan dalam masa dewasa awal sebagai berikut :
                     1.         Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri )
                     2.         Belajar hidup bersama dengan suami atau istri
                     3.         Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
                     4.         Belajar mengasuh anak – anak
                     5.         Mengelola rumah tangga
                     6.         Mulai bekerja dalam suatu jabatan
                     7.         Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak
                     8.         Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai – nilai pahamnya

e.       Masalah-Masalah Kesehatan Dewasa Awal
Masa dewasa awal umumnya merupakan masa sehat dalam hidup. Masalah kesehatan yang muncul dan sering kali ditemui pada kelompok usia ini meliputi: (Perry and Potter, 2005:710)
·         Kematian dan cedera karena kekerasan
Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas pada populasi dewasa awal kematian dan cedera dapat terjadi karena fisik.Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan, yang mengakibatkan cedera atau kematian, termasuk kemiskinan, keretakan keluarga, penganiayaan dan pengabaian anak
·         Penyalahgunaan zat
Penyalahgunaan zat langsung maupun tidak langsung berperan terhadap oralitas dan morbiditas pada dewasa awal.Ketergantungan pada obat stimulant dan depresan dapat mengakibatkan kematian.
·         Kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan yangtidak direncanakan dapat mempunyai efek fisik dan emosional jangaka panjang pada dewasa awal. Kehamilan yang tidak direncanakan merupakan sumber stress yang berkelanjutan.

·         Penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual (PMS) Penyakit menular seksual diantaranya adalah sipilis, klamida, gonore, herpesgenital dan aids.Penyakit menular seksual mempunyai efek yang cepat seperti keluarnya rabas, ketidaknyamanan dan infeksi.

C.    Dewasa Tengah
a.      Pengertian Dewasa Tengah
Masa dewasa pertengahan (madya) atau yang disebut juga usia setengah baya dalam terminologi kronologis yaitu pada umumnya berkisar antara usia 40 - 60 tahun, dimana pada usia ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik maupun mental. (Hurlock,1980:320)

b.      Ciri-ciri Masa Dewasa Tengah
1.      Periode yang Sangat Ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah : banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu : kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi.
2.      Masa Transisi
Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
3.      Masa Stress
Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka.

4.      Usia Yang Berbahaya
Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan.
5.      Usia Canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.
6.      Masa Berprestasi
Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik generativitas/kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag (atau menetap) pada hidupnya.
7.      Masa Evaluasi
Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga dekat.
8.      Usia Madya Dievaluasi Dengan Standar Ganda
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.
9.      Masa Sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
10.  Masa Jenuh
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.

c.       Perkembangan Masa Dewasa Tengah
1.      Perkembangan Fisik
Pada masa dewasa Tengah terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi seperti sediakala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai “aus”. Perubahan yang bersifat fisik:
·         Mulai terjadinya proses menua secara gradual. Maksudnya terlihat tanda-tanda bahwa diri nya mulai tua seperti: tumbuhnya uban di kepala, adanya kerutan-kerutan pada bagian muka, kemampuan fungsi mata berkurang, dan lain-lain.
·         Mulai menurunnya kekuatan fisik, fungsi motorik sensoris.
·         Terjadinya perubahan-perubahan seksual.
2.      Perkembangan kognitif
·         Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir. Semua hal yang berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini.
·         Mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi.
·         Dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut.
·         Mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya.
·         Dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal.
3.      Perkembangan Emosi
Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, otak sangat mempengaruhi dalam emosi orang dewasa, yang mana ada komponen-komponen otak yang berperan dalam pembentukan emosi seseorang, yaitu Perkembangan Sosial. Perubahan yang bersifat psikis pada masa dewasa tengah:
·         Terjadinya kegoncangan jiwa, solah-olah tidak menerima suatu kenyataan.
·         Kaku dan canggung karena penampilannya ingin menyerupai pemuda, tapi kondisi fisiknya sudah tua.
·         Bersifat introvert (perasa, tertutup, kurang suka bergaul), kritis dalam mendidik anak, suka cemas dan pusing-pusing, sukar tidur, dll.
·         Usia berbahaya, maksudnya adalah dalam masa ini sering terjadi krisis dalam kehidupan keluarga.
·         Terjadi kematangan cara berpikir.
·         Penghayatan dan pengalaman agama sangat meningkat.
4.      Perkembangan Sosial
Perkembangan Sosial Dewasa tengah Menurut Erick Erikson merupakan Psikososial Tahap 7 Generatifitas vs stagnasi dimana dalam tahap ini terdapat salah satu tugas yang harus dicapai yaitu dapat mengabdikan diri guna mencapai keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generatifitas) dengan tidak melakukan apa-apa (stagnasi). Harapan yang ingin dicapai dalam masa ini adalah terjadinya keseimbangan antara generatifitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif yaitu kepedulian.



d.      Tugas – tugas Perkembangan Dewasa Tengah
Menurut Hurlock ( 1996 ) tugas-tugas perkembangan dewasa tengah adalah:
·         Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik
·         Penyesuaian diri terhadap perubahan minat
·         Penyesuaian diri terhadap standar hidup keluarga
·         Penyesuaian dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga dan  bermasyarakat.

e.       Masalah Kesehatan Dewasa Tengah
Banyak individu paruh baya yang tetap sehat, namun risiko munculnya masalah kesehatan pada kelompok usia ini lebih besar daripada kelompok usia dewasa awal. Penyebab utama kamatian pada kelompok usia ini meliputi:
·         Kecelakaan kendaraan bermotor,
·         Kecelakaan di tempat kerja,
·         Penyakit kronis seperti kanker dan penyakit kardiovaskular,
·         Pola gaya hidup individu yang berkombinasi dengan penuaan,
·         Riwayat keluarga,
·         Stressor perkembangan (misalnya menopause, klimakterik) serta stressor situasional (misalnya perceraian)

D.    Dewasa Akhir
a.      Pengertian Dewasa Akhir
·         Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair yaitu kemampuan perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip positif dan negatif yang mampu mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting dalam menghadapi kehidupan dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada hub.sosial dan produktivitasnya yang puas. Lawannya adalah despair yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan. Beberapa cara hadapi krisis dimasa lansia adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik.
·         Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
·         Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda.

b.      Ciri-ciriDewasa Akhir:
1.      Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis.
2.      Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.
3.      Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah menyenangkan.
4.      Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar
5.      Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut.
6.      Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda.
7.      Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
8.      Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat penuaan.

c.       Perkembangan Dewasa Akhir

1.      Perkembangan Fisik

Pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis. Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantanya adalah :

·         Daerah kepala

·         Daerah Tubuh

·         Daerah persendian

2.      Perkembangan Kognitif

Kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Ada beberapa bukti bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Meskipun kecepatan tersebut perlahan-lahan menurun, namun terdapat variasi individual di dalam kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini tidak secara jelas menunjukkan perngaruhnya terhadap kehidupan kita dalam beberapa segi substansial.


3.      Perkembangan Psikis dan Intelektual

Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental    merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia. Kemerosotan intelektual  lansia ini pada umumnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai factor, seperti penyakit,kecemasan atau depresi. Tetapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu factor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah  satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka serta dapat mengantisipasi terjaadinya kepikunan.

4.      Perkembangan Emosional

Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.

5.      Perkembangan Spiritual

Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

6.      Perkembangan Minat

·         Minat dalam diri sendiri: orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri apabila semakin tua

·         Minat terhadap pakaian: minat terhadap pakaian tergantung pada sejauh mana orang berusia lanjut terlibat dalam kegiatan social

·         Minat terhadap uang: pensiun atau pengangguran mungkin akan menjalani masa tuanya dengan pendapatan yang kurang bahkan mungkin tanpa pendapatan samasekali.

·         Minat untuk rekreasi :beberapa perubahan dalam kegiatan sering dilakukan karena memang tidak dapat dielakkan

·         Minat keagamaan, dalam hal ini beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang usia lanjut temyata tidak harus selalu semakin kuat kehidupan keagamaannya. Disimpulkan bahwa kehidupan beragama ini akan sangat ditentukan oleh bagaimana individu tersebut menjalankan kehidupan beragama di masa sebelumnya

·         Minat untuk mati, beberapa pertanyaan sering kali banyak menghinggapi pikiran para lanjut usia ini antara lain, kapan saya akan mati ?, apa yang menyebabkan kematian saya nanti ?, apa yang bisa saya lakukan terhadap kematian seperti yang saya inginkan ?, atau apakah saya dibenarkan untuk bunuh diri ?, bagaimana saya dapat mati dengan cara yang baik?.

·         Minat untuk makan sering kali sangat berkurang. Hal ini banyak disebabkan karena masalah gigi, gusi dan sistem pencemaan. Sehingga ini juga menyebabkan terjadinya ketegangan dengan mereka yang mengurus/menyediakan makanan tersebut.

Perkembangan dan perubahan yang terjadi ini mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas. Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.

·         Perkembangan Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lainakan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa akhir.
·         Perkembangan Generatif
Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama masa pertengahan masa dewasa. Ketika seseorang mendekati usia dewasa akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anak-anak, seperti cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa.
·         Perkembangan Integritas
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide, serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan bebrbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian.

d.      Tugas Perkembangan Masa Dewasa Akhir :
·         Menciptakan kepuasan dalam keluarga sebagai tempat tinggal di hari tua.
·         Menyesuaikan hidup dengan penghasilan sebagai pensiunan
·         Membina kehidupan rutin yang menyenangkan.
·         Saling merawat sebagai suami-istri
·         Mampu menghadapi kehilangan (kematian) pasanan dengan sikap yang positif (menjadi janda atau duda).
·         Melakukan hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucu.
·         Menemukan arti hidup dengan nilai moral yang tinggi.

E.     Kesehatan Dewasa
a.      Pengertian Kesehatan
Organisasi bangsa-bangsa yang mengurusi masalah kesehatan dunia (WHO-Word Health Organization), memberi definisi mengenai kesehatan. Menurut WHO yang dimaksud dengan sehat (healthy) adalah kondisi sehat sejahtera baik secara fisik, mental maupirn sosial yang ditandai dengan u’dak adanya gangguan-gangguan atau simtom-simtom penyakit, seperti keluh-an sakit fisik, keluhan emosional (Papalia, Olds, dan Feldman, 1998; Sarafino, 1994). Kondisi kesehatan seseorang berhubungan erat dengan beberapa kebiasaan perilaku individu yang bersangkutan. Untuk mencapai kehidupan yang sehat, diperlukan kebiasaan-kebiasaan perilaku yang sehat pula.
Ada beberapa perilaku sehat yang dapat menopang kesehatan seseorang, di antaranya :
1.      makan secara teratur (tiga kali: sarapan, makan siang, dan makan malam, tidak termasuk snack)
2.      perlu mengonsumsi makan-makanan yang sehat (mengandung gizi, nutrisi, protein, vitamin, karbohidrat, mineral, zat besi), misalnya empat sehat lima sempuma
3.      melakukan aktivitas secara seimbang antara kegiatan bekerja/belajar dengan kegiatan olahraga
4.      pola tidur yang sehat dan normal selama 7-8 jam
5.      membiasakan diri untuk tidak merokok
6.      membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi narkoba (narkotik, alkohol, dan obat-obatan)
7.      tidak mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (daging sapi/kambing, fast-food/sea food (udang, cumi).
Individu yang secara tekun mengikuti kebiasaan-kebiasaan tersebut, umumnya akan memiliki taraf kondisi kesehatan yang baik daripada individu yang tidak melakukannya. Para tokoh terkenal di dunia (dalam Liwijaya-Kuntaraf & Kuntaraf, 1995), yang hidup sehat dan berumur panjang, di antaranya Mahataia Gandhi (tokoh kemerdekaan India), Benyamin Franklin (tokoh keinerdekaan Amerika Serikat), Albert Einstein (penemu teori relativitas sehingga memunculkan bom atom), Martin Luther (reformator Gereja Protestan), Leonardo da Vinci (pelukis dan pemahat abad ke-13), Isac Newton (ilmuwan flsika dari higgris}, Charles Darwin (tokoh penemu teori evolusi), dan Francis Voltaire (filsuf dari Francis), umumnya menjalankan rahasia hidup sehat dengan membiasakan diri untuk mengonsumsi makan sayur-mayur (vegetarian) dan menghindari makan-makanan dari daging-dagingan.

b.      Perilaku dan Status Kesehatan
Status kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola kebiasaan perilaku orang tersebut. Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberi pengaruh positif pada kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang salah cenderung memberi dampak negatif. Akibatnya, individu mudah terserang penyakit. Kasl & Cobb (dalam Sarafino, 1994) mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk mengatasi suatu penyakit dan menipertahankan taraf kesehatan, yakni :
·         Health behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu yang diyakini akan dapat membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi ganggu-an penyakitnya.
·         Illness behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang sakit, guna memperoleh informasi, nasihat atau cara penyembuhannya agar dirinya sehat kembali.
·         Sick role behavior adalah aktivitas yang dilakukan individu untuk proses penyembuhan dari rasa sakitnya.

F.      Konsep keperawatan
Konsep ini adalah suatu bentuk peleyanan kesehatan yang bersifat profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dapat ditunjukkan kepada individu,keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat sakit.dengan demikian konsep ini memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien dalam bentuk pemberian asuhan keperawatan adalah dalam keadaan tidak mampu,tidak mau dan tidak tahu dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar.
a.      komponen-komponen dalam keperawatan dewasa
Komponen ini merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari pelayanan keperawatan.manusia bertindak sebagai klien dalam konteks paradigma keperawatan ini bersifat individu, kelompok dan masyarakat daam suatu sistem. Sistem tersebut dapat meliputi:
·         Sistem terbuka, manusia dapat mempengaruhi dan di paengaruhi oleh lingkungan baik fisik,psikologis,sosial maupun spiritual sehingga proses perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
·         sistem adaptif, manusia akan merespon terhadap perubahan yang ada di lingkungannya yang akan selalu menunjukkan perilaku adaptif dan maladaftif.
·         Sistem personal, interpersonal dan social, manusia memiliki persepsi, pola kepribadian dan tumbuh kembang yang berbeda.
G.    Konsep Sehat Sakit
Komponen ini memandang bahwa keperawatan itu bahwa bentuk pelayanan yang diberikan pada manusia dalam rentang sehat sakit.
a.      Konsep Sehat (Travis and Ryan, 1998)
·         Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan
·         Sehat merupakan gaya hidup, disain gaya hidup menuju pencapaian potensial tertinggi untuk sehat
·         Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak pernah putus, kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen, ”here and now.”
·         Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari lingkungan, ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk mempengaruhi lingkungan sekitar.
·         Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia lakukan, pikirkan, rasakan dan percaya akan mempengaruhi status kesehatan.
·          Sehat adalah penerimaan terhadap diri.
b.      Rentang sehat
Rentang ini diawali dari status kesehatan sehat normal,sehat sekali dan sejahtera. Dikatakan sehat bukan hanya bebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi aspek fisik,emosi,sosial dan spiritual.maka dapat diketahui karakteristik sehat sebenarnya adalah: pertama, memiliki kemampuan merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia;kedua, memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks lingkungan; dan ketiga, memiliki hidup yang kreatif dan produktif keyakinan terhadap kesehatan adalah pendapat, keyakinan, dan sikap seseorang terhadap sehat dan sakit. Keyakinan terhadap kesehatan didasarkan informasi yang faktual/kesalahan informasi, pikiran sehat/mitos, dan kenyataan atau harapan yang salah. Karena keyakinan terhadap kesehatan biasanya mempengaruhi perilaku sehat, maka keyakinan tersebut dapat berpengaruh secara positif/negatif terhadap tingkat kesehatan klien. Keyakinan klien terhadap kesehatan bergantung pada beberapa faktor antara lain persepsi tentang tingkat sehat, faktor-faktor yang dapat di modifikasi seperti demografi(misal jenis dan tempat perumahan), kepribadian, dan persepsi terhadap keuntungan yang dapat diperoleh dari perilaku sehat yang positif.

Faktor pengaruh stasus kesehatan, antara lain:
1.      Perkembagan
Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang mempuyai arti bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh contohnya faktor usia.
2.      Sosial dan Kultural
Hal ini dapat juga mempengaruhi proses perubahan bahan status kesehatan seseorang karena akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
3.      Pengalaman Masa Lalu Hal ini dapat mempegaruhi perubahan status kesehatan,dapat diketahiu jika ada pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalamam kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar dalam status kesehatan selanjutya.
4.      Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan status kesehatan kearah yang optimal.
5.      Keturunan
Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang mengingat potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetik.
6.      Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik.
7.       Pelayanan
Pelayanan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan
c.       Rentang sakit
Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit,sakit,sakit kronis dan kematian. Tahapan proses sakit:
·         Tahap gejala
Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala.


·         Tahap asumsi terhadap sakit
Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang di alaminya dan akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang di rasakan pada tubuhnya.
·         Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Tahap ini seorang mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan.
·         Tahap penyembuhan
Tahap ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi,di mana srsrorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit.
d.       Konsep lingkungan
Paradigma keperawatan dalam konsep lingkungan ini adalah memandang bahwa lingkunan fisik,psikologis ,sosial, budaya dan spiritual dapat mempengaruhi kebutuhan dasar manusia selama pemberian asuhan keperawatan dengan meminimalkan dampak atau pengaruh yang ditimbulkannya sehingga tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai.
H.    Perkembangan Mental Menurut Turner dan Helms
Para ahli psikologi perkembangan, seperti Turner dan Helms (1995) mengemukakan bahwa ada dua dimensi perkembangan mental, yaitu (1) dimensi perkembangan mental kualitatif (quali­tative mental dimensions] dan (2) dimensi perkembangan men­tal kuantitatif (quantitative mental dimensions}.
1.      Dimensi Mental Kualitatif (Qualitative Mental Dimensions)
Untuk mengetahui sejauh mana kualitas perkembangan mental yang dicapai seorang dewasa muda, perlu diperbandingkan dengan taraf mental yang dicapai individu yang berada pada tahap remaja atau anak-anak. Walaupun Piaget mengatakan bahwa remaja ataupun dewasa muda sama-sama berada pada tahap operasi formal, yang membedakan adalah bagaimana kemampu-an individu dalam memecahkan suatu masalah. Bagi remaja, kadang kala masih mengalami hambatan, terutama cara me-mahami suatu persoalan masih bersifat harfiah, artinya individu memahami suatu permasalahan yang tersurat pada tuHsan dan belum memahami sesuatu yang tersirat dalam masalah tersebut. Hal ini bisa dipahami karena sifat-sifat karakteristik kognitif ini merupakan kelanjutan dari tahap operasi konkret sebelumnya. Sementara itu, menurut Turner dan Helms (1995), dewasa muda bukan hanya mencapai taraf operasi formal, nielainkan telah memasuki penalaran postformal (post-formal reasoning). Kemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical thought], yaitu kemampuan untuk me­mahami, menganalisis dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat, dan pemikiran-pemikir-an yang saling kontradiktif (bertentangan) sehingga individu mampu menyintesiskan dalam pemikiran yang baru dan kreatif. Gisela Labouvie-Vief (dalam Turner dan Helms, 1995} setuju kalau operasi formal lebih tepat untuk remaja, sedangkan dewasa muda mampu memahami masalah-masalan secara logis dan mampu mencari intisari dari hal-hal yang bersifat paradoksal sehingga diperoleh pemikiran baru. Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal berikut ini :
·         Shifting gears.
Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran abstrak (abstracts rea­soning) dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu menjelaskanymenjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan ungkap-an seperti, “This might work on paper but not in real life”.
·         Multiple causality, multiple solutions.  
Seorang individu mampu memahami suatu masalah u’dak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor (multiple factors). Karena itu, untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai alternatif solusi (divergent think­ing). Dengan demikian, seorang individu tidak berpikir kaku (rigid thinking] pada satu jenis penyelesaian saja. Oleh karena itu, masa ini dikenal dengan istilah, “Let’s try it your way, if that doesn’t work, we can try my way”.
·         Pragmatism.
 Orang yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecah­kan suatu masalah pada tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Namun, dalam hal ini, individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesai- an masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat untuk masa pragmatisme ini adalah, “If you want the most practical solu­tion, do this. If you want the quickest solution, do that”.
·         Awareness of paradox.
Seorang yang memasuki masa postformal benar-benar menyadari bahwa sering kali ia me-nemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks (kontradiktif) adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugi­kan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan, “Doing this will give him what he wants, but it will only make kirn unhappy in the end”.
2.      Dimensi Mental Kuantltatif (Quantitative Mental Dimensions)
Biasanya, menurut Turner dan Helms (1995), untuk menge-tahui kemampuan mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka secara eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf inteligensi cenderung menurun. Latar belakang proses penurunan ini dikarenakan perbedaan faktor pendidikan ataupun status sosial ekonomi (status of econo-sociafy. Individu yang memiliki latar belakang pendidikan ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang memperoleh tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurun ke­mampuan intelektualnya secara kuann’tauf. Sebaliknya, individu yang memiliki taraf pendidikan ataupun status sosio-ekonomi yang mapan, berarti ketika bekerja banyak menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga intelektualnya terasah. Dengan demikian, kemampuan kecerdasannya makin baik. Sementara itu, setelah melakukan serangkaian penelitian jangka panjang, para ahli (seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaie, Willis dan Baltes}, menyimpulkan ada beberapa tipe intelektual, yaitu inteligensi kristal (cristalized intelligence), fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility], fleksibilitas visuo-motor (visuomotor flex­ibility], dan visualisasi (visualization) (Turner dan Helms, 1995).
·         Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal comprehensive), penalaran berhitung angka (numerical skills), dan penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan akumulasi dari pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan pendidikan formal ataupun nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung bersifat teoretis-praktis (text book thinking).
·         Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu me­masuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
·         fleksibilitas Visualmotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit,yang memerlukan aspek kemampuan visual/motorik(penglihatan,pengamatan,dan keterampilan tangan)
·         Visualisasi yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual.misalnua,bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
I.       Dampak Sistem Pelayanan Kesehatan Terhadap Praktek Keperawatan Orang Dewasa
Dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak segalanya tercapai sasaran, akan tetapi  membutuhkan suatu proses untuk mengetahui masalah yang ditimbulkannya. Pelaksanaan  pelayanan kesehatan juga memiliki dampak terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan,  adapun dampaknya dapat meliputi:
a.      Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
Dampak pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti  dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit dapat  digunakan penggunaan alat seperti laser, terapi perubahan gen dan lain-lain. Berdasarkan itu,  maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan pelayanan akan lebih  profesional dan butuh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidang tertentu.
b.      Pergeseran Nilai Masyarakat
Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai yang ada  dimasyarakat sebagai penggunaan jasa pelayanan, dimana dengan beragamnya masyarakat,  maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat  yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih  dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada  masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah  terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem  pelayanan kesehatan.
c.       Aspek Legal dan Etik
Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan jasa  pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum dan etik dalam  pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk  memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan memperhatikan nilai-nilai  hukum dan etika yang ada dimasyarakat.
d.       Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di masyarakat.  Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah  dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka akan  sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan  membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat  mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan.
e.       Politik 
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali dalam  sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.

J.       Sistem Pelayanan Kesehatan
·         Menurut Hidayat(2008) sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan efektif, efisien dan tepat sasaran.
·         Menurut Hidayat(2008) keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri dari: input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.
Ø  Input
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.
Ø  Proses
Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.


Ø  Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan sehat.
Ø  Dampak 
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian menurun.
Ø  Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan.
Ø  Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.

K.    Tingkat Pelayanan Kesehatan
1.      Health Promotion (Promosi Kesehatan) Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Contohnya seperti kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, dll.
2.      Specific Protection (Perlindungan Khusus) Melindungi masyarakat dari bahaya atau penyakit-penyakit tertentu. Contohnya seperti  imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
3.       Early Diagnosis And Prompt Treatment (Diagnosis Dini Dan Pengobatan Segera) Tingkat dimana sudah mulai timbulnya gejala penyakit. Tingkat ini dilaksanakan dalam  mencegah meluasnya penyakit. Contohnya seperti survei pencarian kasus baik secara individu maupun masyarakat, pencegahan terhadap meluasnya kasus, dll.

L.     Lembaga Pelayanan Kesehatan
·         Rawat Jalan
Lembaga pelayanan kesehatan ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan kronis yang dimungkinkan tidak terjadi rawat inap. Lembaga ini dapat dilaksanakan pada klinik-klinik kesehatan, seperti klinik dokter spesialis, klinik perawatan spesialis dan lain-lain.
·         Institusi
Institusi merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan berbagai tingkat pelayanan kesehatan, pusat rehabilitasi, dan lain-lain.
·         Hospice
Lembaga ini bertujuan memberikan pelayan kesehatan yang difokuskan kepada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa-masa terminalnya dengan tenang. Lembaga ini biasanya digunakan dalam home care.
·         Community Based Agency
Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien dan keluarganya sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat keluarga dan lain-lain.


M.   Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
·         Primary Health Care ( Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama )
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah ringan atau  masyarakat  sehat ini mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan adalah layanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat, dll.
·         Secondary Health Care ( Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua )
Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan dirumah sakit dan tersedia tenaga spesialis atau sejenisya.
·         Tertiary Health Service ( Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Tingkat pelayanan kesehatan ini digunakan apabila tingkat pertama dan kedua tidak lagi digunakan. Pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau spesialis dan sebagai rujukan utama seperti rumah sakit A atau B.

N.    Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pelayanan Kesehatan
·         Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Baru
Mengingat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit penyembuhannya, seperti digunakanlah alat seperti laser, terapi perubahan gen, dll. Maka pelayanan kesehatan ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan butuh tenaga yang profesional di bidang tertentu.
·         Pergeseran Nilai Masyarakat 
Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam penngunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan.
·         Aspek Legal Dan Etik
Dengan tingginya kesadarn masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntunan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku memberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secra profesional dengan memperhatikan norma dan etik yang ada dalam masyarakat.




O.    Ruang Lingkup Keperawatan Orang Dewasa
1.      Keperawatan Medikal Bedah
·         Lingkup Praktek Keperawatan Medikal Bedah
Lingkup praktek keperawatan  medikal-bedah merupakan bentuk asuhan keperawatan pada klien DEWASA yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau terprediksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu untuk memperoleh kenyamanan; membantu individu dalam meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehatnya; melakukan prevensi, deteksi dan mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit ; mengupayakan pemulihan sampai kliendapat mencapai kapasitas produktif tertingginya; serta membantu klien menghadapi kematian secara bermartabat. Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan keterkaitan komponen-komponen bio-psiko-sosial klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau kecacatan.
·         Lingkup Klien
Klien yang ditangani dalam praktek keperawatan medikal bedah adalah orang dewasa, dengan pendekatan “one-to-one basis”. Kategori “dewasa” berimplikasi pada penegmbangan yang dijalani sesuai tahapannya. Tugas-tugas perkembangan ini dapat berdampak pada perubahan peran dan respon psikososial selama klien mengalami masalah kesehatan, dan hal ini perlu menjadi pertimbangan perawat dalam melakukan kajian dan intervensi keperawatan. Pendekatan keperawatan harus memperhitungkan “level kedewasaan” klien yang ditangani, dengan demikian pe;ibatan dan pemberdayaan klien dalam proses asuhan merupakan hal penting, sesuai dengan kondisinya; ini berkenaan dengan “Self-caring capacities”
·         Lingkup Gerapan Keperawatan
Untuk membahas lingkup garapan keperawatan medikal-bedah, kita perlu mengacu pada “focus telaahan – lingkup garapan dan basis intervensi keperawatan seperti telah dibahas pada bagian awal tulisan ini. Fokus telaahan keperawatan adalah respon manusia dalam mengahdapi masalah kesehatan baik actual maupun potensial. Dalam lingkup keperawatan medikal bedah, masalah kesehatan ini meliputi gangguan fisiologis nyata atau potensial sebagai akibat adanya penyakit, terjadinya trauma maupun kecacatan berikut respon klien yang unik dari aspek-aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Mengingat basis telaahan respon klien bersumber dari gangguan fisiologis, maka pemahaman akan patofisiologis atau mekanisme terjadinya gangguan dan (potensi) manifestasi klinis dari gangguan tersebut sangat mendasari lingkup garapan dan intervensi keperawatan. Penyakit, trauma atau kecacatan sebagai masalah kesehatan yang dihadapi klien dapat bersumber atau terjadi pada seluruh system tubuh meliputi system-sistem persyrafan; endokrin; pernafasan; kardiovaskuler; pencernaan; perkemihan; muskuloskeletal; integumen; kekebalan tubuh; pendengaran ; penglihatan serta permasalahan-permasalahan yang dapat secara umum menyertai seluruh gangguan system yaitu issue-isue yang berkaitan dengan keganasan dan kondisi terminal.
·         Lingkup Garapan
Lingkup garapan keperawatan  adalah kebutuhan dasar manusia, penyimpangan dan intervensinya. Berangkat dari focus telaahan keperawatan medikal bedah diatas, lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah segala hambatan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi karena perubahan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh; serta modalitas dan berbagai upaya untuk mengatasinya. Guna menentukan berbagai hambatan pemenuhan kebutuhan dasar mansuai dan  modalitas yang tepat waktu untuk mengatasinya dibutuhkan keterampilan berfikir logis dan kritis dalam mengkaji secara tepat kebutuhan dasar apa yang tidak terpenuhi, pada level serta kemungkinan penyebab apa (diagnosis keperawatan). Hal ini akan menentukan pada perlakuan (treatment) keperawatan, dan modalitas yang sesuai. Disibi dibutuhkan keterampilan teknis dan telaah legal etis.
·         Basis Intervensi
Dari focus telaahan dan lingkup garapan keperawatan medikal bedah yang sudah diuraikan sebelumya, basis intervensi keperawatan medikal bedah adalah ketidakmampuan  klien (dewasa) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. (Self care deficit). Ketidakamampuan ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan  antara tuntutan kebutuhan (Self – care demand) dan kapasitas klien untuk memenuhinya (Self-care ability) sebagai akibat perubahan fisiologis pada satu atau berbagai system tubuh. Kondisi ini unik pada setiap individu karena kebuthan akan self-care (Self care requirement) dapat berbeda-beda, sehingga dibutuhkan integrasi keterampilan-keterampilan berfikir logis-kritis, teknis dan telaah legal-etis untuk menentukan bentuk intervensi keperawatan mana yang sesuai, apakah bantuan total, parsial atau suportif-edukatif yang dibutuhkan klien.
·         Konsekuensi Profesional
konsekuensi logis yang masih harus dipikirkan sebagai acuan bagi praktisi kpeerawatan pada area keperawatan medikal bedah. Melihat kompleksitas focus telaahan, lingkup garapan dan basis intervensi area keperawatan medikal bedah dan konsekuensi profesionalnya perlu dirumuskan :
Ø  Standar performance untuk acuan kualitas asuhan
Ø  Kategori kwalifikasi perawat untuk menentukan kelayakannya sebagai praktisi
Ø  Sertifikasi dan lisensi keahlian yang senantiasa diperbaharui untuk memberi  jaminan kemanan  bagi pengguna jasa keperawatan

2.      Ruang Lingkup Keperawatan Komunikasi
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif:
·         Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
Ø  1.Penyuluhan kesehatan masyarakat
Ø  Peningkatan gizi
Ø  Pemeliharaan kesehatan perseorangan
Ø  Pemeliharaan kesehatan lingkungan
Ø  Olahraga secara teratur
Ø  Rekreasi
Ø  Pendidikan seks.
·         Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
Ø  Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
Ø  Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah
Ø  Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.
Ø  Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
·         Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
Ø  Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
Ø  Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit
Ø  Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
Ø  Perawatan payudara
Ø  Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
·         Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
Ø  Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
Ø  Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.

·         Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

3.      Ruang Lingkup Keperawatan Maternitas
Lingkup masalah penelitian ilmu keperwatan maternitas di fokuskan pada wanita masa pranatal,natal,pasca lahir dan gangguan reproduksi yg sering terjadi pada wanita.
a.       Lingkup masalah penelitian pada ibu hami
·         Pendidikan kesehatan dan tindakan pada ibu hamil
·         Senam hamil
·         Perawatan payudara
·         Imunisasi tetanus pada ibu hamil
·          Kegiatan sehari-harinya
·         Kebutuhan nutrisi dan pemeriksaan kehamilan
b.      Lingkungan masalah penelitian ibu intrapartum (kala I-IV) dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (pengkajian-evaluasi):
·         Pemenuhan kebutuhan psikososial ibu inpartum
·         Peran perawat dalam memontor kemajuan persalinan(patograf)
·         Peran perawat dalam menolong persalinan normal minimal 3 orang
·        Peran perawat pada bayi setelah lahir (mengisap lendir, perawatan tali pusat,
      menentukan apgar score, memandikan bayi, menimbang berat badan (BB),
     mengukur panjang badan (PB), lingkar kepala, serta lingkar dada bayi)


c.       Lingkup masalah penelitian keperawatan ibu pasca persalinan
·         Perawatan vulva hygine (W)
·         Perawatan payudara (W)
·         Peran perawattan pada pengelolaan pendarahan pasca persalinan
·         Pendidikan kesehatan
·         Senan nifas
·         Cara menyesui yang benar
·         Perawatan nifas sehari-hari
·         Konseling KB dan memberikan kontrasepsi
d.      Lingkup masalah penelitian keperwatan ibu dan gangguan kesehatan system reproduksi
·         Factor yang berhubungan dengan pelaksanaan deteksi dini gangguan system reproduksi
·         Peran perawat dalam pemeriksaan diagnosa (pemeriksaan pap smear)
·         Memberikan pendidikan kesehatan
·         Pengembangan model asuhan keperawatan pada ibu dan gangguan system reproduksi
·         Sindroma klimaktonium pada wanita menoupose
·         Dukungan social perwat dan keluarga pada tindakan pembedahan dan kemotrapi








BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Setelah melewati masa kanak-kanak dan remaja, akhirnya individu memasuki masa dewasa, yakni masa terpanjang setelah masa kanak-kanak dan masa remaja. Masa ini adalah masa dimana seseorang harus melepaskan ketergantungannya dari orang tua dan mulai belajar madiri karena ia sudah mempunyai peran dan tugas-tugasnya yang baru. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa ini jika tidak dioptimalkan dengan baik akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri di masa yang akan datang. Perkembangan fisik, emosional, kognitif dan sosial pada masa ini juga sangat berpengaruh bagi tiap individu. Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membukukan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri.

B.     SARAN
Saran dari penyusun, selagi kita bisa melakukan apa yang masih bisa di kerjakan, kerjakanlah! Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang baik. Janganlah menjadi orang dewasa atau tua yang masih melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan di masa muda.










DAFTAR PUSTAKA

Last Try. April 4, 2014. Perkembangan Dewasa Awal, http://www.psychoshare.com/file-119/psikologi-dewasa/perkembangan-dewasa-awal.html. diakses tanggal 25 febuari 2017

Melda Amelia. May 30, 2014. Masa Dewasa https://www.slideshare.net/meldays22/masa-dewasa. Diakses tanggal 25 februari 2017


Dek Rizky. January 6, 2010. Masa Dewasa Madya (40-60 tahun). http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/masa-dewasa-madya-40-60-tahun. diakses 25 februari 2017

Aan Aji Prayogi. July 2012. KTI MATERI IKD 3 https://aanborneo.blogspot.co.id/2012/07/kti-materi-ikd-3.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ko Sa Pu Bahagia Lirik - Gleen Sebastian ft. Awind ft. Vavaveez

Lirik - Glen n Se bast ian ft. A wind ft. Va vaveez Ko Sa Pu Bah agia Bersama ko sa rasa bahagia Bersama tong ucap janji seti...