Sabtu, 12 Mei 2018

Askep Bisu, Askep Gangguan Bicara, Askep Tunawicara


Asuhan Keperawatan
A.    Pengkajian
Fokus pengkajian pada anak 2 – 3 tahun yang mengalami gangguan bicara :
a.      Data Subyektif :
a)      Pada anak yang mengalami gangguan bahasa :
·         Umur berapa anak saudara mulai mengucapkan satu kata ?
·         Umur berapa anak saudara mulai bisa menggunakan kata dalam suatu kalimat ?
·         Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari kata baru ?
·         Apakah anak anda sering menghilangkan kata-kata dalam kalimat yang diucapkan dalam kalimat yang diucapkan ?
·         Siapa yang mengasuh di rumah ?
·         Bahasa apa yang digunakan bila berkomunikasi di rumah ?
·         Apakah pernah diajak mengucapkan kata-kata.
·         Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam menyusun kata-kata ?
b)      Pada anak yang mengalami gangguan bicara :
·         Apakah anak anda sering gugup dalam mengulang suatu kata ?
·         Apakah anak anda sering merasa cemas atau bingung jika ingin mengungkapkan suatu ide ?
·         Apakah anda pernah perhatikan anak anda memejamkan mata, menggoyangkan kepala, atau mengulang suatu frase jika diberikan kata-kata baru yang sulit diucapkan ?
·         Apa yang anda lakukan jika hal di atas ditemukan ?
·         Apakah anak anda pernah/sering menghilangkan bunyi dari suatu kata ?
·         Apakah anak anda sering menggunakan kata-kata yang salah tetapi mempunyai bunyi yang hampir sama dngan suatu kata ?
·         Apakah anda kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda ?
·         Apakah orang lain merasa kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda ?
·         Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan fungsi SSP seperti infeksi antenatal (Rubbela syndrome), perinatal (trauma persalinan), post natal (infeksi otak, trauma kepala, tumor intra kranial, konduksi elektrik otak).

b.      Data Obyektif :
·         Kemampuan menggunakan kata-kata.
·         Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan, gagap, hambatan bahasa, malas bicara).
·         Kemampuan dalam mengaplikasikan bahasa.
·         Umur anak
·         Kemampuan membuat kalimat.
·         Kemampuan mempertahankan kontak mata.
·         Kehilangan pendengaran (Kerusakan indra pendengaran).
·         Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi.
·         Gangguan fungsi neurologis.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami gangguan bicara meliputi :
a.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya stimulasi bahasa.
b.      Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat artikulasi.
c.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran.
d.      Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan bahasa.
e.       Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berkomunikasi.
f.       Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan.
g.      Gangguan komunikasi berhubungan dengan kurangnya kemampuan memori dan kerusakan sistem saraf pusat.








C.    Rencana Intervensi Keperawatan

Diagnose Keperawatan
Intervensi
Rasional
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya stimulasi bahasa
·         Lakukan latihan komunikasi dengan  memperhatikan perkembangan mental anak.
·         Lakukan komunikasi secara komprehensif baik verbal maupun non verbal.
·         Berbicara sambil bermain dengan alat untuk mempercepat persepsi anak tentang suatu hal.
·         Berikan lebih banyak kata meskipun anak belum mampu mengucapkan dengan benar.
·         Lakukan sekrening lanjutan dengan mengggunakan Denver Speech Test.
·         Latihan bicara yang sesuai dengan perkembangan anak akan menghindari ekploatasi yang berakibat penekanan fungsi mental anak.
·         Komunikasi yang komprehensif akan memperbanyak jumlah stimulasi yang diterima anak sehingga akan memperkuat memori anak terhadap suatu kata.
·         Bermain akan menigkatkan daya tarik anak sehingga frekwensi dan durasi latihan bisa lebih lama.
·         Anak lebih suka mendengarkan kata-akat dari pada mengucapkan karena biasanya kesulitan dalam mengucapkan.
·         Untuk mengetahui jenis dan beratnya gangguan serta keterlambatan  dalam berbicara pada anak.
Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat artikulasi
·         Stimulasi bahasa dan latihn bicara tetap dilakukan sesuai dengan perkembangan mentak anak.
·         Kolaborasi: dengan ahli bedah untuk perbaikan alat-alat artikulasi.
·         Untuk mengindari  keter-lambatan perkembangan mental, bahasa maupun bicara  ketika alat artikulasi sudah bisa  diperbaiki.
·         Perbaikan alat-alat artikulasi hanya bisa dilakukan secara optimal dengan pembedahan.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran
·         Lakukan latihan komunikasi, dan stimulasi dini dengan benda-benda atau dengan menggunakan bahasa isyarat serta biasakan anak melihat artikulasi  orang tua dalam berbicara.
·         Perhatikan kebersihan telinga anak
·         Kolaborasi  dengan rehabilitasi untuk penggunaan alat bantu dengar
·         Agar stimulasi tetap diterima anak sesuai dengan perlembangan mental anak yang didasarkan atas kemampuan penerimaan anak terhadap informasi yang diberikan
·         Ganguan pendengaran sering disebabkan oleh adanya hambatan pendengaran akibat adanya kotoran ditelinga.
·         Alat bantu dengar diharapkan mampu mengatasi hambatan pendengaran pada telinga anak.
Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan bahasa
·         Gunakan bahasa yang sederhana dan umum digunakan dalam komunikasi sehar-hari.
·         Gunakan verifikasi bahasa sesuai dengan tingkat kematangan dan pengetahuan anak.
·         Untuk memudahkan pemahaman  menghindari stress dan kebingungan anak yang akibat bahasa yang berubah-ubah.
·         Difersifikasi bahasa dapat diberikan jika kemampuan mental anak sudah matang seperti setelah  umur 9 tahun, karena perkembangan selsel otak anak sudah mulai maksimal.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berbicara
·         Gali kebiasaan komunikasi dan stimulasi orang tua terhadap anak.
·         Berikan penjelasan tentang kondisi anaknya secara jelas, serta kemungkinan penanganan lanjutan, prognose serta lamanya tindakan atau pengobatan.
·         Untuk dapat menggali efektivitas dan kemampuan serta usaha yang telah dilakukan oleh orang tua,  untuk mengindari overlaping tindakan yang berakibat orang tua menjadi bosan.
·         Pengikutsertaan keluarga terhadap perawatan anak secara langsung  akan mampu mengurangi tingat kecemasan orang tua terhadap keadaan anaknya.
Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan
·         Hindari bicara pada saat kondisi bising.
·         Lakukan komunikasi dengan posisi lawan bicara setinggi  badan anak.
·         Lakukan latihan bicara sambil bermain dengan mainan kesukaan anak.
·         Komunikasi tidak efektif sehingga anak menjadi irritable.
·         Untuk meningkatkan pandangan mata dan efektivitas komunikasi sehingga anak merasa lebih nyaman.
·         Agar anak lebih tertarik dan tidak lekas bosan.
Gangguan komunikasi berhubungan dengan kurangnya kemampuan memori dan kerusakan sistem saraf pusat.
·         Lakukan observasi pemeriksaan fisik neurologi secara mendetail
·         Kolaborasi pemeriksaan EEG
·         Untuk mengetahui kemungkinan posisi kelainan dalam otak.
·         Untuk mengetahui kemungkinan kelainan pada SSP anak.


Makalah Gagal Ginjal


BAB I
PPENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ginjal memainkan peran-peran kunci dalam fungsi tubuh, tidak hanya dengan menyaring darah dan mengeluarkan produk-produk sisa, namun juga dengan menyeimbangkan tingkat-tingkat elektrolit-elektrolit didalam tubuh, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi dari sel-sel darah merah.Ginjal berlokasi dalam perut ke arah kebelakang, normalnya satu pada setiap sisi dari spine (tulang belakang). Mereka mendapat penyediaan darah melalui arteri-arteri renal secara langsung dari aorta dan mengirim darah kembali ke jantung via vena-vena renal ke vena cava Gagal Ginjal terjadi karena organ ginjal mengalami penurunan kerja dan fungsinya, hingga menyebabkan tidak mampu bekerja dalam menyaring elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh (sodium dan kalium) dalam darah atau produksi urine.(Anonim:2010). Pada Makalah ini akan dibahas tentang Gagal Ginjal lebih lanjut dan kiranya dapat berguna bagi pembaca.

B.     Rumusan Masalah
a.      Bagaimana anatomi dan fisiologi ginjal ?
b.      Apa pengertian gagal ginjal ?
c.       Apa saja klasifikasi gagal ginjal ?
d.      Bagaimana etimologi gagal ginjal ?
e.       Bagaimana patofisiologi gagal ginjal ?
f.       Bagaimana manifestasi gagal ginjal ?
g.      Bagaimana  penatalaksanaan gagal ginjal ?
h.      Apa komplikasi gagal ginjal ?
i.        Bagaimana askep pada gagal ginjal ?

C.    Tujuan
Agar pembaca dapat mengetahui :
a.      Anatomi dan fisiologi ginjal
b.      Pengertian gagal ginjal
c.       Klasifikasi gagal ginjal
d.      Etimologi gagal ginjal ?
e.       Patofisiologi gagal ginjal ?
f.       Manifestasi gagal ginjal ?
g.      Penatalaksanaan gagal ginjal ?
h.      Komplikasi gagal ginjal ?
i.        Askep pada gagal ginjal ?


















BAB II
PEMBAHASAAN
A.    Anatomi Fisiologi Ginjal
a.      Anatomi Ginjal
Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam mengatur keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam basa dalam darah. Ginjal berwarna coklat kemerahan dan berada di sisi kanan dan kiri kolumna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3. Ginjal dexter terletak sedikit lebih rendah daripada sinistra karena adanya lobus hepatis yang besar. Masing-masing ginjal memiliki fasies anterior, fasies inferior, margo lateralis, margo medialis, ekstremitas superior dan ekstremitas inferior (Moore, 2002). Bagian luar ginjal dilapisi oleh capsula fibrosa, capsula adiposa, fasia renalis dan corpus adiposum pararenal. Masing masing ginjal memiliki bagian yang berwarna coklat gelap di bagian luar yang disebut korteks dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang. Medulla renalis terdiri dari kira-kira 12 piramis renalis yang masing- masing memiliki papilla renalis di bagian apeksnya. Di antara piramis renalis terdapat kolumna renalis yang memisahkan setiap piramis renalis (Snell, 2006).
b.      Fisiologi Ginjal
Masing-masing ginjal manusia terdiri dari sekitar satu juta nefron yang masing- masing dari nefron tersebut memiliki tugas untuk membentuk urin. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh sebab itu, pada trauma, penyakit ginjal, atau penuaan ginjal normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap. Setiap nefron memiliki 2 komponen utama yaitu glomerulus dan tubulus. Glomerulus (kapiler glomerulus) dilalui sejumlah cairan yang difiltrasi dari darah sedangkan tubulus merupakan saluran panjang yang mengubah cairan yang telah difiltrasi menjadi urin dan dialirkan menuju keluar ginjal. Glomerulus tersusun dari jaringan kapiler glomerulus bercabang dan beranastomosis yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (kira-kira 60mmHg), dibandingkan dengan jaringan kapiler lain. Kapiler-kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel dan seluruh glomerulus dilingkupi dengan kapsula Bowman. Cairan yang difiltrasi dari kapiler glomerulus masuk ke dalam kapsula Bowman dan kemudian masuk ke tubulus proksimal, yang terletak pada korteks ginjal. Dari tubulus proksimal kemudian dilanjutkan dengan ansa Henle (Loop of Henle). Pada ansa Henle terdapat bagian yang desenden dan asenden. Pada ujung cabang asenden tebal terdapat makula densa. Makula densa juga memiliki kemampuan kosong untuk mengatur fungsi nefron. Setelah itu dari tubulus distal, urin menuju tubulus rektus dan tubulus koligentes modular hingga urin mengalir melalui ujung papilla renalis dan kemudian bergabung membentuk struktur pelvis renalis (Berawi, 2009). Terdapat 3 proses dasar yang berperan dalam pembentukan urin yaitu filtrasi glomerulus reabsorbsi tubulus, dan sekresi tubulus. Filtrasi dimulai pada saat darah mengalir melalui glomerulus sehingga terjadi filtrasi plasma bebas-protein menembus kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Proses ini dikenal sebagai filtrasi glomerulus yang merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin. Setiap hari terbentuk ratarata 180 liter filtrat glomerulus. Dengan menganggap bahwa volume plasma rata-rata pada orang dewasa adalah 2,75 liter, hal ini berarti seluruh volume plasma tersebut difiltrasi sekitar enam puluh lima kali oleh ginjal setiap harinya. Apabila semua yang difiltrasi menjadi urin, volume plasma total akan habis melalui urin dalam waktu setengah jam. Namun, hal itu tidak terjadi karena adanya tubulus-tubulus ginjal yang dapat mereabsorpsi kembali zat-zat yang masih dapat dipergunakan oleh tubuh. Perpindahan zat-zat dari bagian dalam tubulus ke dalam plasma kapiler peritubulus ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus. Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180 liter plasma yang difiltrasi setiap hari, 178,5 liter diserap kembali, dengan 1,5 liter sisanya terus mengalir melalui pelvis renalis dan keluar sebagai urin. Secara umum, zat-zat yang masih diperlukan tubuh akan direabsorpsi kembali sedangkan yang sudah tidak diperlukan akan tetap bersama urin untuk dikeluarkan dari tubuh. Proses ketiga adalah sekresi tubulus yang mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke lumen tubulus. Sekresi tubulus merupakan rute kedua bagi zat-zat dalam darah untuk masuk ke dalam tubulus ginjal. Cara pertama adalah dengan filtrasi glomerulus dimana hanya 20% dari plasma yang mengalir melewati kapsula Bowman, sisanya terus mengalir melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus. Beberapa zat, mungkin secara diskriminatif dipindahkan dari plasma ke lumen tubulus melalui mekanisme sekresi tubulus. Melalui 3 proses dasar ginjal tersebut, terkumpullah urin yang siap untuk diekskresi (Sherwood, 2001).
B.     Pengertian Gagal Ginjal
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah. Ginjal juga memproduksi bentuk aktif dari vitamin D yang mengatur penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan sehingga membuat tulang menjadi kuat. Selain itu ginjal memproduksi hormon eritropoietin yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah, serta renin yang berfungsi mengatur volume darah dan tekanan darah.
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis (Anonim, 2010). Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.

C.    Klasifikasi Gagal Ginjal
Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis (Anonim, 2010) yaitu:
a.      Gagal Ginjal Akut (Acute Renal Failure = ARF)
Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat.
b.      Gagal Ginjal Kronik (Chronic Renal Failure = CRF)
Pada gagal ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease). Gagal ginjal kronis dibagi menjadi lima stadium berdasarkan laju penyaringan (filtrasi) glomerulus (Glomerular Filtration Rate = GFR).
Stadium
GFR (ml/menit/1.73m2)
Deskripsi
1
Lebih dari 90
Kerusakan minimal pada ginjal, filtrasi masih normal atau sedikit meningkat
2
60-89
Fungsi ginjal sedikit menurun
3
30-59
Penurunan fungsi ginjal yang sedang
4
15-29
Penurunan fungsi ginjal yang berat
5
Kurang dari 15
Gagal ginjal stadium akhir (End Stage Renal Disease)


D.    Etiologi Gagal Ginjal
a.      Penyebab gagal ginjal akut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
a)      Penyebab prerenal, yakni berkurangnya aliran darah ke ginjal. Hal ini dapat disebabkan oleh :
·         hipovolemia (volume darah yang kurang),  misalnya karena perdarahan yang hebat.
·         Dehidrasi karena kehilangan cairan, misalnya karena muntah-muntah, diare, berkeringat banyak dan demam.
·         Dehidrasi karena kurangnya asupan cairan.
·         Obat-obatan, misalnya obat diuretic yang menyebabkan pengeluaran cairan berlebihan berupa urin.
·         Gangguan aliran darah ke ginjal yang disebabkan sumbatan pada pembuluh darah ginjal.
b)     Penyebab renal di mana kerusakan terjadi pada ginjal.
·         Sepsis: Sistem imun tubuh berlebihan karena terjadi infeksi sehingga menyebabkan peradangan dan merusak ginjal.
·         Obat-obatan yang toksik terhadap ginjal.
·         Rhabdomyolysis: terjadinya kerusakan otot sehingga menyebabkan serat otot yang rusak menyumbat sistem filtrasi ginjal. Hal ini bisa terjadi karena trauma atau luka bakar yang hebat.
·         Multiple myeloma.
·         Peradangan akut pada glomerulus, penyakit lupus eritematosus sistemikWegener's granulomatosis, dan Goodpasture syndrome.
c)      Penyebab postrenal, di mana aliran urin dari ginjal terganggu.
·         Sumbatan saluran kemih (ureter atau kandung kencing) menyebabkan aliran urin berbalik arah ke ginjal. Jika tekanan semakin tinggi maka dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan ginjal menjadi tidak berfungsi lagi.
·         Pembesaran prostat atau kanker prostat dapat menghambat uretra (bagian dari saluran kemih) dan menghambat pengosongan kandung kencing.
·         Tumor di perut yang menekan serta menyumbat ureter.
·         Batu ginjal.
b.      Sedangkan penyebab gagal ginjal kronik antara lain:
a)      Diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 yang tidak terkontrol dan menyebabkan nefropati diabetikum.
b)     Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
c)      Peradangan dan kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis), misalnya karena penyakit lupus atau pasca infeksi.
d)     Penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan di mana kedua ginjal memiliki kista multipel.
e)      Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka lama atau penggunaan obat yang bersifat toksik terhadap ginjal.
f)       Pembuluh darah arteri yang tersumbat dan mengeras (atherosklerosis) menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang, sehingga sel-sel ginjal menjadi rusak (iskemia). 
g)      Sumbatan aliran urin karena batu, prostat yang membesar, keganasan prostat.
h)     Infeksi HIV, penggunaan heroin, amyloidosis, infeksi ginjal kronis, dan berbagai macam keganasan pada ginjal.




E.     Patofisiologi Gagal Ginjal
a.      Gagal ginjal akut dibagi dua tingkatan.
a)      Fase mula
Ditandai dengan penyempitan pembuluh darah ginjal dan menurunnya aliran darah ginjal, terjadi hipoperfusi dan mengakibatkan iskemi tubulus renalis. Mediator vasokonstriksi ginjal mungkin sama dengan agen neurohormonal yang meregulasi aliran darah ginjal pada keadaan normal yaitu sistem saraf simpatis, sistem renin - angiotensin , prostaglandin ginjal dan faktor faktor natriuretik atrial. Sebagai akibat menurunnya aliran darah ginjal maka akan diikuti menurunnya filtrasi glomerulus.
b)     Fase maintenance.
Pada fase ini terjadi obstruksi tubulus akibat pembengkaan sel tubulus dan akumulasi dari debris. Sekali fasenya berlanjut maka fungsi ginjal tidak akan kembali normal walaupun aliran darah kembali normal.Vasokonstriksi ginjal aktif merupakan titik tangkap patogenesis gagal ginjal dan keadaan ini cukup untuk mengganggu fungsi ekskresi ginjal. Macam-macam mediator aliran darah ginjal tampaknya berpengaruh. Menurunnya cardiac output dan hipovolemi merupakan penyebab umum oliguri perioperative. Menurunnya urin mengaktivasi sistem saraf simpatis dan sistem renin - angiotensin. Angiotensin merupakan vasokonstriksi pembuluh darah ginjal dan menyebabkan menurunnya aliran darah ginjal.
b.      Gagal ginjal kronik
Pada gagal ginjal kronik , terjadi banyak nephron-nephron yang rusak sehingga nephron yang ada tidak mampu memfungsikan ginjal secara normal. Dalam keadaan normal, sepertiga jumlah nephron dapat mengeliminasi sejumlah produk sisa dalam tubuh untuk mencegah penumpukan di cairan tubuh. Tiap pengurangan nephron berikutnya, bagaimanapun juga akan menyebabkan retensi produk sisa dan ion kalium. Bila kerusakan nephron progresif maka gravitasi urin sekitar 1,008. Gagal ginjal kronik hampir selalu berhubungan dengan anemia berat. Pada gagal ginjal kronik filtrasi glomerulus rata-rata menurun dan selanjutnya terjadi retensi air dan natrium yang sering berhubungan dengan hipertensi. Hipertensi akan berlanjut bila salah satu bagian dari ginjal mengalami iskemi. Jaringan ginjal yang iskemi mengeluarkan sejumlah besar renin , yang selanjutnya membentuk angiotensin II, dan seterusnya terjadi vasokonstriksi dan hipertensi.
F.     Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dari gagal ginjal sebenarnya tidak kelihatan secara bersamaan. Dengan pemeriksaan laboratorium, dapat diketahui dengan lebih cermat dan akurat apakah tanda-tanda itu mengarah pada kemungkinan gagal ginjal.
a.      Beberapa tanda atau gejala gagal ginjal umum yang perlu diketahui (Anonim, 2010):
·         Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya.
·         Kencing berubah warna, berbusa, atau sering bangun malam untuk kencing.
·         Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan, dan muka. Antara lain karena ginjal tidak bisa membuang air yang berlebih.
·         Lekas capai atau lemah, akibat kotoran tidak bisa dibuang oleh ginjal.
·         Sesak napas, akibat air mengumpul di paru-paru. Keadaan ini sering disalahartikan sebagai asma atau kegagalan jantung.
·         Napas bau karena adanya kotoran yang mengumpul di rongga mulut.
·         Rasa pegal di punggung.
·         Gatal-gatal, utamanya di kaki.
·         Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah
b.      Tanda dan Gejala  Gagal Ginjal Akut :
·         Nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah /darah, sering kencing.
·         Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri (Anonim, 2010).
c.       Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronik:
·         Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah, bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi.
·         Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif (Anonim, 2010).





G.    Penatalaksanaan Gagal Ginjal
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Adapun penatalaksaannya sebagai berikut :
a.      Diet tinggi kalori dan rendah protein.
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
b.      Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena juga harus sedikit meningkat dan terdapat edema betis ringan. Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250-1000 mg/hari) atau diuretic 100p (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin memerlukan suplemen natrium klorida atau natrium bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine, dan pencatatan keseimbangan cairan (masukan melebihi keluaran sekitar 500 ml).
c.       Kontrol hipertensi.
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal kiri pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah, sering diperlukan diuretik loop, selain obat anti hipertensi.
d.      Kontrol ketidaksemibangan elektrolit.
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan eksresi kalium (misalnya penghambat ACE dan obat anti inflamasi non steroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG. Gejala-gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang dari 15 mmol/liter biasanya terjadi pada pasien yang sangat kekurangan garam dan dapat diperbaiki secara spontan dengan dehidrasi. Namun perbaikan yang cepat dapat berbahaya.
e.       Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti alumunium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3000mg) pada setiap makan. Namun hati-hati dengan toksisitas obat tertentu. Diberikan supplemen vitamin D dan dilakukan paratiroidektomi atas indikasi.
f.       Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imuosupresif dan diterapi lebih ketat. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal. Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya digoksin, aminoglikosid, analgesic opiat, amfoterisin dan alupurinol. Juga obat-obatan yang meningkatkan katabolisme dan ureum darah, misalnya tetrasiklin, kortikosteroid dan sitostatik.
g.      Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi denagn ketat kemungkinan ensefelopati uremia, perikarditis, neurepati perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialysis.
h.      Persiapan dialysis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan dialysis biasanya adalah gagal ginjal dengan klinis yang jelas meski telah dilakukan terapi konservatif atau terjadi komplikasi.

H.    Komplikasi
a.      Gagal Ginjal Akut
a)      Edema Paru-Paru
Edema paru-paru terjadi akibat terjadinya penimbunan cairan serosa atau serosanguinosa yang berlebihan di dalam ruang interstisial dan alveolus paru-paru. Hal ini timbul karena ginjal tidak dapat mensekresi urine dan garam dalam jumlah cukup. Sering kali edema paru-paru menyebabkan kematian.
b)     Hiperkalemia
Komplikasi kedua adalah hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi).yaitu suatu keadaan dimana konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/l darah. Perlu diketahui konsentrasi kalium yang tinggi justru berbahaya daripada kondisi sebaliknya ( konsentrasi kalium rendah ). Konsentrasi kalium darah yang lebih tinggi dari 5,5 mEq/l dapat mempengaruhi system konduksi listrik jantung. Apabila hal ini terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan jantungpun berhenti berdenyut.
b.      Komplikasi Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis menyebabkan berbagai macam komplikasi . Pertama, hiperkalemia, yang diakibatkan karena adanya penurunan ekskresi asidosis metabolic. Kedua, perikardistis efusi pericardial dan temponade jantung.Ketiga, hipertensi yang disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta mal fungsi system rennin angioaldosteron. Keempat, anemia yang disebabkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah, an pendarahan gastrointestinal akibat iritasi. Kelima, penyakit tulang. Hal ini disebabkan retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah, metabolisme vitamin D, abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.

I.       Asuhan Keperawatan
a.      PENGKAJIAN
a)      Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya
·         Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa, bagaimana cara minum obatnya
·         Apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
b)     Aktifitas / istirahat :
·         Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise
·         Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)
·         Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
c)      Sirkulasi
·         Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina)
·         Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan.
·         Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
·         Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.
·         Kecenderungan perdarahan
d)     Integritas Ego :
·         Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
·         Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
e)      Eliminasi :
·         Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut)
·         Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
·         Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
f)       Makanan / cairan :
·         Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi).
·         Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernapasan ammonia )
·         Penggunaan diuretic
·         Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)
·         Perubahan turgor kulit/kelembaban.
·         Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.
g)      Neurosensori :
·         Sakit kepala, penglihatan kabur.
·         Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah.
·         Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor.
Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
·         Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
h)     Nyeri / kenyamanan
·         Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki.
·         Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah.
i)        Pernapasan :
·         Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
·         Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman. Batuk dengan sputum encer (edema paru).
j)       Keamanan
·         Kulit gatal
·         Ada / berulangnya infeksi
·         Pruritis
·         Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal.
·         Ptekie, area ekimosis pada kulit
·         Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
k)     Seksualitas
·         Penurunan libido, amenorea, infertilitas

b.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien.  Kemungkinan diagnose keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal adalah sebagai berikut :
a)      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
b)     Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
c)      Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
d)     Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.

c.       Intervensi Keperawatan
a)      Diagnosa I            : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebihan dan retensi cairan serta natrium.
·         Tujuan             : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
·         Kriteria hasil   :
Ø  Menunjukkan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang
Ø  Turgor kulit baik
Ø  Membran mukosa lembab
Ø  Berat badan dan tanda vital stabil
Ø  Elektrolit dalam batas normal .
·         Intervensi
Ø  Kaji status cairan :Timbang berat badan harian, Keseimbangan masukan dan haluaran, Turgor kulit dan adanya oedema, Distensi vena leher, Tekanan darah, denyut dan irama nadi.
Ø  Batasi masukan cairan : Pembatasan cairan akan menentukan berat badan ideal, haluaran urine dan respons terhadap terapi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452), Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan .Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452), Pantau kreatinin dan BUN serum .Perubahan ini menunjukkan kebutuhan dialisa segera. (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, vol 1, Barbara Ensram, hal 156).
b)      Diagnosa II    : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet perubahan membran mukosa mulut.
·         Tujuan           : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
·         Kriteria hasil :
Ø  Mempertahankan / meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh situasi individu.
Ø  Bebas edema.
·         Intervensi
Kaji / catat pemasukan diet :
Ø  Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.
Ø  Kondisi fisik umum gejala uremik dan pembatasan diet multiple mempengaruhi pemasukan makanan. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620).
Ø  Kaji pola diet nutrisi pasien
Ø  Riwayat diet
Ø  Makanan kesukaan
Ø  Hitung kalori
Ø  Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
Ø  Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
Ø  Anoreksia, mual dan muntah
Ø  Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
Ø  Depresi
Ø  Kurang memahami pembatasan diet
Ø  Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
Ø  Berikan makan sedikit tapi sering
Ø  Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik/menurunnya peristaltik. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620).
Ø  Berikan pasien / orang terdekat daftar makanan / cairan yang diizinkan dan dorong terlibat dalam pilihan menu.
Ø  Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet. Makanan dan rumah dapat meningkatkan nafsu makan. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620).
Ø  Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
Mendorong peningkatan masukan diet
Ø  Tinggikan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi : telur, susu, daging.
Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
Ø  Timbang berat badan harian.
Ø  Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
c)      Diagnosa III   : Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelelahan, anemia dan retensi produk sampah.
·         Tujuan           : Berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi.
·         Kriteria hasil :
Ø  Berkurangnya keluhan lelah
Ø  Peningkatan keterlibatan pada aktifitas social
Ø  Laporan perasaan lebih berenergi
Ø  Frekuensi pernapasan dan frekuensi jantung kembali dalam rentang normal setelah penghentian aktifitas.
·         Intervensi
Ø  Kaji faktor yang menimbulkan keletihan, Anemia
Ø  Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Ø  Retensi produk sampah
Ø  Depresi
Ø  Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454).
Ø  Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.
Ø  Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri.
Ø  Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
Ø  Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454).
Ø  Anjurkan untuk beristirahat setelah dialysis
Ø  Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454).
d)     Diagnosa IV   : Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana tindakan dan prognosis.
·         Tujuan       : Ansietas berkurang dengan adanya peningkatan pengetahuan tentang penykit dan pengobatan.
·         Kriteria hasil :
Ø  Mengungkapkan pemahaman tentangkondisi, pemeriksaan diagnostic dan rencana tindakan.
Ø  Sedikit melaporkan perasaan gugup atau takut.
·         Intervensi
Ø  Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang mendapat terapi.
Ø  Individu yang berhasil dalam koping dapat pengaruh positif untuk membantu pasien yang baru didiagnosa mempertahankan harapan dan mulai menilai perubahan gaya hidup yang akan diterima. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1, Barbara Engram hal 159).
Ø  Berikan informasi tentang  : Sifat gagal ginjal, jamin pasien memahami bahwa gagal ginjal kronis adalah tak dapat pulih dan bahwa lama tindakan diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal.
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
·         Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah.
·         Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal. Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut ( acute renal failure = ARF ) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease).

B.     Saran
a.       Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan asuhan keperawatan
b.      Bagi mahasiswa diharapkan bisa melaksakan tindakan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang ada.








DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/45547/4/3.%20BAB%20I.pdf diakses pada tanggal 21 Maret 2018
http://digilib.unila.ac.id/9800/12/bab%202.pdf diakses pada tanggal 21 Maret 2018

Ko Sa Pu Bahagia Lirik - Gleen Sebastian ft. Awind ft. Vavaveez

Lirik - Glen n Se bast ian ft. A wind ft. Va vaveez Ko Sa Pu Bah agia Bersama ko sa rasa bahagia Bersama tong ucap janji seti...