Sabtu, 10 Maret 2018

makalah klien sebagai peserta didik dan kebutuhan kesehatan klien

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Diera globalisasi sekarang ini bidang kesehatan banyak mengalami pemuktahiran dan pekembangan-perkembangan ilmu yang mencuri perhatian masyarakat dunia. Seiring dengan itu banyak pula masalah-masalah yang tentunya mampu membuat derajat kesehatan manusia menurun. Dengan adanya masalah-masalah tersebut maka status kesehatan masyarakat juga mengalami degradasi, maka pada masa sekarang status kesahatan menjadi suatu keharusan yang harus dipertahankan bagi setiap orang. Satus kesehatan bisa didapat jika seorang masyarakat/klien dapat dengan melalui suatu Pendidikan Kesehatan. Dimana pendidikan kesehatan ini mencakup semua instasi kesehatan. Status kesehatan dapat diketahui dengan mengetahui Kebutuhan Dasar Manusia. Dalam makalah ini akan dibahas tentang klien sebagai sebagai peserta didik dan kebutuhan dasar klien.

1.2.Rumusan Masalah
a.      Apa Pengertian klien
b.      Apa Pengertian pendidikan klien
c.       Apa Tujuan Pendidikan Klien
d.      Apa Saja Standar Untuk Pendidikan Klien
e.       Bagaimana Domain Pengajaran
f.       Bagaimana Prinsip Pembelajaran Dasar
g.      Apa SajaKebutuhan Kesehatan Klien
h.      Bagaimana Penggabungan Proses Keperawatan dan Proses Pengajaran

1.3.Tujuan
Pembaca dapat mengetahui :
a.      Pengertian klien
b.      Pengertian pendidikan klien
c.       Tujuan Pendidikan Klien
d.      Standar Untuk Pendidikan Klien
e.       Domain Pengajaran
f.       Prinsip Pembelajaran Dasar
g.      Kebutuhan Kesehatan Klien
h.      Penggabungan Proses Keperawatan dan Proses Pengajaran
































BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Klien
a.      Menurut KBBI (2001) Klien adalah orang yang memperoleh bantuan, orang yang membeli sesuatu atau memperoleh layanan.
b.      Menurut fundamental keperawatan (Potter; Perry)
Klien ialah orang yang mencari pelayanan kesehatan dan anggota keluarga atau orang yang berarti bagi orang yang mencari pelayanan kesehatan tersebut.
c.       Dalam keperawatan, yang menjadi klien bisa saja individunya itu sendiri maupun keluarga atau kerabatnya. Jenis jenis klien yang disebutkan dalam Neuman System Model juga bisa dalam bentuk individu maupun kelompok. Klien sebagai individu yaitu seseorang yang mendapatkan asuhan keperawatan. Klien sebagai keluarga ialah keluarga tersebut yang diberikan asuhan keperawatan/apabila seorang anggota dari keluarga tersebut mengalami suatu penyakit atau kelemahan pada tubuhnya yang mengakibatkan ia tidak dapat memberikan keterangan secara jelas kepada perawat maka ia dibantu oleh keluarganya. Sedangkan klien sebagaik kelompok atau masyarakat ialah klien yang ruang lingkupnya lebih luas daripada keluarga.

B.     Pengertian Pendidikan Kesehatan
a.      Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian kebutuhan belajar klien, penegakan diagnose keperawatan, perencanaan pendidikan kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan kesehatan, dan dokumentasi pendidikan kesehatan (Suliha, 2002).
b.      Pendidikan kesehatan merupakan tindakan mandiri perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui kegiatan pembelajaran sehingga dari yang tidak tahu jadi tahu,yang tidak mau jadi mau dan yang tidak mampu menjadi mampu untuk menjaga dan mempertahankan kesehatannya atau mencegah terjadinya penyakit dan tingkat keparahan sakit pada dirinya dan proses pemulihan kesehatan dari sakit untuk mencapai kesehatan yang optimal.
C.    Tujuan Pendidikan Klien
Pada dasarnya pendidikan kesehatan ditujukan agar klien dapat meningkatkan, memperbaiki dan mempertahankan status kesehatannya. Pendidikan pasien/klien yang komprehensif terdiri dari tiga tujuan, yaitu:
a.      Pencegahan penyakit, pemeliharaan serta peningkatan kesehatan
b.      Perbaikan kesehatan
c.       Koping terhadap gangguan fungsi

D.    Standar Untuk Pendidikan Klien
Menurut The Joint Commisson on Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO) (1995) (dalam Potter dan Pery, 2005: 337),  standar untuk pendidikan klien/keluarga  adalah sebagai berikut:
a.      Klien/keluarga diberi pendidikan yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan untuk memberikan keuntungan penuh dari intervensi kesehatan yang dilakukan oleh institusi.
b.      Organisasi merencanakan dan mendorong pengawasan dan koordinasi aktivitas dan sumber pendidikan klien/keluarga.
c.       Klien/keluarga mengetahui kebutuhan belajar mereka, kemampuan, dan kesiapan untuk belajar.
d.      Proses pendidikan klien/keluarga bersifat interdisiplin sesuai dengan rencana asuhan keperawatan.
e.       Klien/keluarga mendapatkan pendidikan yang spesifik sesuai dengan hasil pengkajian kemampuan dan kesiapannya. Pendidikan kesehatan meliputi pemberian obat-obatan, penggunaan alat medis, pemahaman tentang interaksi makanan/obat dan modifikasi makanan, rehabilitasi, serta bagaimana melakukan pengobatan selanjutnya.
f.       Informasi mengenai instruksi pulang yang diberikan pada klien/keluarga diberikan institusi atau individu tertentu yang bertanggung jawab terhadap kesinambungan perawatan klien.
Keberhasilan untuk mencapai stadar di atas tergantung pada keikutsertaan seluruh tenaga kesehatan profesional. 


E.     Domain pengajaran
Domain merupakan suatu realisasi definisi dari bidang teknologi pembelajaran. Domain mewujudkan apa yang dapat dilakukan oleh suatu disiplin ilmu agar disiplin tersebut mampu memberikan sumbangan langsung dalam bentuk rumusan praktik yang dilakukan oleh para praktisi. Domain juga berfungsi sebagai panduan para praktisi dan tenaga ahli untuk bergerak dalam bidang yang dimaksud. Selain itu, domain perlu dirumuskan berdasarkan definisi yang sudah ada agar pembentukan profesi dan praktik menjadi lebih mudah. Domain memberi penjelasan bagi para profesional dan praktisi mengenai apa yang harus dan boleh dilakukan atau apa yang menjadi batasan perilaku dan ruang lingkup pekerjaan dan layanan yang harus diselesaikan. Konsep kognitif, afektif, dan psikomotorik dicetuskan oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956. Karena itulah konsep tersebut juga dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom.
a.      Pembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitif adalah pembelajaran yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
a)      Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
b)     Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.  Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
c)      Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
d)     Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.



e)      Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.
f)       Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
b.      Pembelajaran afektif
Pembelajaran afektif adalah pembelajaran yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pembelajaran afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
a)      Receiving atau Attending (menerima atau memperhatikan)
Receiving atau attending (menerima ataa memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu.
b)     Responding (menanggapi)
Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving.
c)      Valuing (menilai atau menghargai)
Valuing (menilai/menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena,  yaitu baik atau buruk.



d)     Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai  lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
e)      Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai)
Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan  suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana.
c.       Pembelajaran psikomotor
Pembelajaran psikomotor merupakan pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Menurut simpson (dalam sagala, 2003), pembelajaran psikomotor terbagi atas tujuakategori yaitu:
f)       Persepsi
Aspek ini mengacu pada alatuntuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan dan mengalihkannya kedalam kegiatan atau perbuatan. Aspek ini merupakan tindakan yang paling rendah dalam pembelajaran psikomotor.
g)      Kesiapan
Aspek ini mengacu pada kesiapan memberikan respons secara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan.  Aspek yang berada satu tingkat diatas persepsi ini mensyaratkan perencanaan yang matang.
h)     Respons terbimbing (guide respons)
Aspek ini mengacu pada pemberian respons perilaku, gerakan-gerakan yang diperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya. Latihan-latihan ujian sebelum mengikuti ujian sesungguhnya merupakan salah satu contoh dari respons terbimbing. Aspek ini berada satu tingkat di atas kesiapan.
i)        Mekanisme (mechanical respons)
Aspek ini mengacu pada keadaan di mana respons fisik yang dipelajari telah menjadi kebiasaan. Peserta didik yang selalu melakukan latihan secara rutin sehingga menjadikan latihan tersebut sebagai bagian dari dirinya merupakan contoh dari aspek mekanisme. Aspek ini berada satu tingkat di atas respons terbimbing.
j)       Respons yang kompleks (complex response)
Aspek ini mengacu pada pemberian respons atau penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efisien. Peserta didik terampil mengerjakan latihan sebelum ujian merupakan salah satu contoh respons yang kompleks. Aspek ini berada satu tingkat di atas mekanisme.

k)     Penyesuaian pada gerakan atau adaptasi
Aspek ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan respons atau perilaku gerakan dengan situasi yang baru. Setelah menguasai latihan dengan baik, bahkan mengerjakan soal yang sulit, seorang peserta didik dapat menerapkan dan menggunakan kemampuannya dalam ujian yang sebenarnya. Aspek ini berada satu tingkat di atas respons yang kompleks.
l)        Originalisasi
Aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak gerik yang baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Setelah cukup lama belajar, seorang peserta didik dapat menciptakan model latihan yang berbeda dari teman-temannya. Aspek ini menduduki tingkat paling tinggi dalam domain.

F.     Prinsip pembelajaran dasar
Pembelajaran bergantung dari motivasi seseorang untuk belajar, kemampuan belajar, serta lingkungan pembelajaran.
a.      Motivasi untuk belajar
a)      Perangkat perhatian
Perangkat perhatian yaitu status mental dari peserta didik untuk fokus dan memahami materi. Ketidaknyamanan fisik, distraksi lingkungan dan ansietas dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam belajar. Kondisi fisik seperti kelaparan, kelelahan dan nyeri dapat mengganggu kemampuan seseorang dalam berkonsentrasi, sehingga sangat berpengaruh pada pembelajaran. Ansietas merupakan perasaan tidak menentu, oleh karena itu ansietas bisa meningkatkan atau bahkan menurunkan kemampuan seseorang di dalam memberikan perhatian. Sedangkan distraksi lingkungan berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam memperhatikan pengajar dan aktivitas dalam proses pembelajaran.
b)     Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang membuat seseorang mengambil atau melakukan suatu tindakan. Motivasi berasal dari motif sosial, tugas dan fisik. Motivasi sosial dierlukan untuk berhubungan, harga diri, atau penampilan sosial. Biasanya seorang individu mencari oranglain dalam membandingkan kemampuan, pendapat, dan emosinya. Motivasi fisik juga sering terjadi kepada klien, klien yang mempunyai perubahan fungsi fisik  biasanya termotivasi untuk belajar. Tidak semua orang merasa perlu melakukan tindakan menjaga dan mempertahankan kesehatan. Oleh karena itu, keyakinan bahwa kesehatan adalah yang utama bisa dijadikan motivasi yang kuat untuk seseorang dalam menjaga kesehatannya. Model keyakinan kesehatan dapat digunakan oleh perawat di dalam melaksakan pendidikan kesehatan kepada klien. Model ini dibuat untuk menjelaskan alasan seseorang dalam mencoba tindakan kesehatan.
c)      Adaptasi psikososial terhadap penyakit
Penurunan kesehatan tubuh sering kali sulit diterima oleh klien. Secara psikologis proses berduka akan membuat klien membutuhkan lebih banyak waktu untuk beradaptasi dengan implikasi emosi dan fisik dari penyakit. Kesiapan seseorang untuk belajar bergantung pada tingkat berduka. Ketika klientidak sanggup menerima realitas penyakitnya, ia akan sulit atau bahkan tidak akan mau untuk diajak belajar. Sehingga, pengajaran untuk klien harus dijadwalkan sesuai dengan kesiapannya untuk belajar.
d)     Partisipasi aktif
Keikutsertaan klien di dalam proses pengajaran dipengaruhi oleh keinginan klien dalam mendapatkan pengetahuan. Dalam hal ini klien tidak hanya terlihat sebagai seorang penerima pendidikan atau asuhan kesehatan yang pasif, tetapi juga sebagai mitra aktif pemberian asuhan.
b.      Kemampuan untuk belajar
a)      Kemampuan perkembangan
Perkembangan kognitif klien sangat berpengaruh terhadap kemampuannya dalam belajar. Sebelum seseorang mempelajari informasi baru, kedewasaan serta perkembangan kognitifnya mutlak ada. Usia seseorang  menunjukkan perkembangan kemampuannya dalam proses belajar.
b)     Kemampuan fisik
Selain kemampuan perkembangan, kemampuan seseorang di dalam belajar juga bergantung dari tingkat perkembangan dan kesehatan fisik secara umum. Kondisi seseorang yang menguras tenaga juga bisa membuat kemampuan belajar seseorang menjadi terganggu.
c.        Lingkungan belajar
“Faktor dalam lingkungan fisik merupakan faktor dimana pengajaran dilakukan sehingga membuat proses belajar tersebut menjadi menyenangkan atau menjadi suatu pengalaman yang menyulitkan. Perawat harus memilih lingkungan yang membantu klien untuk memfokuskan diri pada tugas pembelajaran” (Potter dan Pery, 2005:346). Lingkungan ideal yang sesuai digunakan untuk melangsungkan kegiatan belajar adalah ruangan dengan penerangan yang cukup dan terdapat sirkulasi udara yang baik, suhu udara yang nyaman, serta perabot yang layak. Suasana tenang juga dibutuhkan di dalam melangsungkan kegiatan belajar.





G.    Kebutuhan kesehatan klien
Kebutuahan kesehatan klien merupakan kebutuhan yang berpatokan pada kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan manusia/klien merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia/klien dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.  Walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Hierarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas yaitu:
a.       Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang yang beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan fekal, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan temperatur, serta kebutuhan seksual. 
b.      Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan dan rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis yang mengancam diri.
c.       Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs)
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, serta mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.
d.      Kebutuhan Harga Diri (Self Esteen Need)
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
e.       Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan sendiri – sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif, serta mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.
Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang  yang sehat, dan sesorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia.
­






H.    Penggabungan Proses Keperawatan dan Proses Pengajaran
Berikut ini adalah tabel perbandingan antara proses keperawatan dan pengajaran menurut Potter dan Pery (2005:349)
Langkah Dasar
Proses Keperawatan
Proses Pengajaran
Pengkajian
Kumpulkan data mengenai kebutuhan fisik psikologis, sosial, kultural, perkembangan dan spiritual pasien itu sendiri, keluarga, tes diagnostik, catatan medis, riwayat keperawatan dan literatur.
Kumpulkan data mengenai kebutuhan belajar klien, motivasi, kemamuan untuk belajar serta sarana pengajaran dari klien, keluarga, lingkungan belajar, catatan medis, riwayat keperawatan, dan literatur.
Diagnosa keperawatan
Identifikasidiagnosa keperawatan yang tepat.
Identifikasi kebutuhan pengajaran klien mengaccu pada tiga domain pengajaran.
Perencanaan
Kembangkan rencana asuhan secara individual. Tetapkan prioritas diagnosa berdasarkan kebutuhan segera klien. Rundingkan rencana asuhan dengan klien.
Tetapkan tujuan pengajaran. Rumuskan dalam terminologi tingkah laku. Identifikasi prioritas yang berhubungan dengan kebutuhan belajar. Rundingkan dengan klien tentang rencana pengajaran. Identifikasi metode pengajaran yang digunakan.
 Implementasi
Lakukan terapi asuhan keperawatan. Libatkan klien sebagai peserta aktif dalam asuhan keperawatan. Libatkan keluarga dalam asuhan sesuai kebutuhan.
Implementasikan metode pengajaran.  Secara aktif libatkan klien dalam aktivitas pengajaran. Libatkan partisipasi keluarga sesuai kebutuhan.
Evaluasi
Identifikasi keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan serta keberhasilan asuhan keperawatan.
Nilai hasil proses belajar mengajar. Ukur kemampuan klien untuk mencapai tujuan pengajaran. Ulangi pengajaran bila dibutuhkan.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sekarang ini didalam praktik perawatan kesehatan untuk seorang pasien, lebih ditekankan pada pendidikan kesehatan yang berkualitas. Pendidikan untuk klien merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seorang perawat.  Selain untuk kepentingan perawat, pendidikan kesehatan ini juga memiliki peran penting pula bagi diri si pasien itu sendiri, sebab pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi mengenai diagnosis, prognosis, pengobatan serta akibat dari pengobatan terhadap dirinya.  

B.     Saran

Sebagai seorang perawat kita haruslah memahami betul tentang keadaan klien yang ingin mengetahui tentang dunia kesehatan. Jadi jadilah perawat yang bisa memberi informasi dunia kesehatan kepada klien/masyarakat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ko Sa Pu Bahagia Lirik - Gleen Sebastian ft. Awind ft. Vavaveez

Lirik - Glen n Se bast ian ft. A wind ft. Va vaveez Ko Sa Pu Bah agia Bersama ko sa rasa bahagia Bersama tong ucap janji seti...