Sabtu, 15 Desember 2018

ASKEP MALARIA TERTIANA, PENGOBATAN, PENGERTIAN, PENATALAKSANAAN


DAFTAR ISI
Halaman Depan ...................................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah ............................................................................................................  2
1.3  Tujuan ............................................................................................................................... 2
1.4  Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Definisi Malaria Tertiana .................................................................................................. 4
2.2  Etiologi ............................................................................................................................. 4
2.3  Epidemiologi..................................................................................................................... 5
2.4  Prevalensi ......................................................................................................................... 6
2.5  Patofisiologi...................................................................................................................... 6
2.6  Pathway............................................................................................................................. 8
2.7  Manifestasi Klinis.............................................................................................................. 9
2.8  Penularan & Penyebaran Malaria ..................................................................................... 10
2.9  Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................... 13
2.10 Pencegahan Malaria Tertiana........................................................................................... 14
2.11 Penatalaksanaan.............................................................................................................. 15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA TERTIANA
3.1 Pengkajian ........................................................................................................................ 19
3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................................... 20
3.3 Intervensi .......................................................................................................................... 20
3.4 Implementasi .................................................................................................................... 24
3.5 Evaluasi ............................................................................................................................ 24
BAB IV PENUTUP
4.1  Kesimpulan ....................................................................................................................... 25
4.2  Saran ................................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSAKA ............................................................................................................ 26


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LatarBelakang
Sporozoa (Yunani, spore = biji, zoa = hewan) adalah kelompok protista uniseluler atau bersel satu yang pada salah satu tahapan  dalam  siklus hidupnya dapat membentuk sejenis spora. Sporozoa hidup sebagai parasit pada tubuh hewan dan manusia.Siklus hidup sporozoa agak kompleks karena melibatkan lebih dari satu inang. Dalam  siklus hidupnya, sporozoa membentuk spora dalam tubuh inang. Selain itu, pada siklus hidup juga terjadi sporulasi, yaitu pembelahan setiap inti sel secara berulang – ulang sehingga dihasilkan banyak inti yang masing – masing dikelilingi oleh sitoplasma dan terbentuklah individu baru.
Pergerakannya dilakukan dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Tubuh berbentuk bulat panjang atau lonjong. Pada umumnya bersifat parasit dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Respirasi dan ekskresi dilakukan dengan cara difusi. Makanan diperoleh dengan cara menyerap zat makanan dari hospesnya. Reproduksi dapat secara vegetative dan generative. Beberapa contoh spesies dari Sporozoa yaitu Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Toxoplasma gondii.
Vektordari Plasmodium penyebab penyakit malaria adalah nyamuk Anopheles betina. Plasmodium hidup sebagai parasit pada sel-sel darah merah manusia atau vertebrata lainnya. selama hidupnya, Palsmodium tersebut mengalami dua fase, yakni fases porogoni dan fase skizogoni. Fase sporogoni terjadi didalam tubuh nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase skizogoni berlangsung didalam tubuh manusia.
Malaria tertiana adalah salah satu dari jenis-jenis malaria yang terbilang umum dan ringan meski masih ada yang lebih ringandari ini, yakni malaria ovale. Jenis tertiana adalah kondisi malaria yang ada hubungannya dengan parasit bernama Plasmodium vivax. Parasit inilah yang pada umumnya menyebabkan adanya infeksi pada eritrosit muda di mana diameternya juga memang lebih besar ketimbang yang normal.


1.2  RumusanMasalah
1.      Apa definisi dari malaria tersiana ?
2.      Bagaimana etiologi malaria di Indonesia ?
3.      Apa saja epidemiologi malaria tersiana ?
4.      Bagaimana prevalensi malaria tertian ?
5.      Bagaimana  patofisiologi dari malaria tersiana?
6.      Bagaimana pathway malaria?
7.      Apa saja manifestasi klinis penyakit malaria ?
8.      Bagaimana penularan dan penyebaran malaria tersiana ?
9.      Apa saja pemeriksaan penunjang malaria tersiana ?
10.  Bagaimanapencegahan malaria tersiana ?
11.  Bagaimanapenatalaksanaan?
12.  Bagaimana Asuhan Keperawatan dari malaria ?

1.3  Tujuan
Tujuan
1.      Untukmengetahuidefinisidari malaria tersiana
2.      Untukmengetahuietiologi malaria di Indonesia
3.      Untukmengetahuiepidemiologi malaria tersiana
4.      Untuk mengetahui prevalensi malaria tertiana
5.      Untukmengetahuipatofisiologi malaria tertiana
6.      Untuk mengetahuipathway malaria tersiana
7.      Untukmengetahuimanifestasi klinis malaria tertiana
8.      Untukmengetahuipenularan dan penyebaran penyakitmalariaa tersiana
9.      Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang malaria tersiana
10.  Untukmengetahuipencegahan malaria tersiana
11.  Untukmengetahuipenatalaksanaan malaria tersiana
12.  UntukmengetahuibagaimanaAsuhanKeperawatandari malaria tetiana


1.4  Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mahasiswa dapat mengenal tentang konsep dasar penyakit malaria tertian
2.      Mahasiswa dapat mengenal tentang asuhan keperawatan malaria tertiana




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi

Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoitovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

2.2  Etiologi
Menurut Harijanto (2000) plasmodium yang dapat menyebabkan malaria tertiana yaitu:
a.       Plasmodium vivax, merupakan jenis parasit yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivax. Parasit ini akan menimbulkan demam yang berlangsung selama tiga hari. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari.


Gambar 1 Nyamuk Anopheles Betina
Gambar 2 Plasmodium vivax

Plasmodium vivax hanya menyerang eritrosit muda (reticulocyt), dan tidak dapat menyerang/tidak mampu menyerang eritrosit yang masak. Segera setelah invasi kedalam eritrosit langsung membentuk cincin., sitoplasma menjadi aktif seperti amoeba membentuk pseudopodia bergerak ke segala arah sehingga disebut “vivax”. Malaria tertiana yang disebabkan oleh parasit Plasmodium vivax memunculkan gejala malaria seperti demam setiap tiga hari sekali. Malaria tertiana termasuk jenis penyakit malaria yang tidak berbahaya, tetapi jika tidak diobati dapat juga merengut nyawa.

2.3  Epidemiologi
Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) masih menjadi daerah berkategori endemis tinggi penyebaran penyakit malaria. Hal itu terungkap dari data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait 'Situasi Malaria Menurut Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2017.'
Dari total 262 juta penduduk di Indonesia, sebanyak 4,9juta atau dua persennya tinggal di daerah endemis tinggi. Selama tahun 2017, tercatat ada 261.617 kasus malaria secara nasional yang menewaskan setidaknya 100 orang.
Sementara itu, setengah dari total jumlah 514 kabupaten/kota di Indonesia sudah mencapai kategori bebas malaria. Artinya, terdapat 72 persen penduduk Nusantara tinggal di daerah bebas malaria. Peta berwarna putih atau bebas malaria terdapat di Pulau Jawa dan Bali, sementara sisanya mayoritas berwarna hijau (endemis rendah) seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Masih terdapat 10,7juta penduduk yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria. Upaya percepatan untuk mencapai bebas malaria harusdilakukan di Papua, Papua Barat, dan NTT.

2.4  Prevalensi
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Wilayah yang angka kejadian penyait ini adalah Papua. Papua merupakan daerah endemis tinggi malaria yang memiliki prevalensi malaria 18,4 %, dimana prevalensi malaria nasional 2,58 %. Oleh karena itu kegiatan penemuan penderita malaria sedini mungkin perlu dilakukan untuk memutus penyebaran malaria.
Contohnya prevalensi penderita malaia tertiana di Distrik Supiori Barat :
·         Sebanyak 18,37 % golongan umur 0-10 tahun menderita malaria tertiana.
·         Jenis kelamin laki-laki di Distrik Supiori Barat lebih banyak menderita malaria dibandingkan perempuan sebesar 63,27 %. Dan laki-laki lebih banyak menderita malaria tertian sebesar 26,53 %.
·         Di desa Waryei yang positif malaria tertiana sebesar 10,20 %
·         Penderita yang positif malaria tertiana banyak mengeluhkan demam sebesar 75 % di Distrik Supiori Barat
·         Sebanyak 28,57 % di Distrik Supiori Barat yang positif malaria tertiana asimtomatis.

2.5  Patofisiologi
Daur hidup spesies malaria tertiana pada manusia yaitu:
a. Fase Seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163).

Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001, hal. 409).

b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.




2.6  Pathway




2.7  Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dengan malaria tertiana adalah sebagai berikut:
a.       Suatu serangan biasa dimulai secara samar-samar dengan menggigil, di ikuti berkeringat dan demam yang hilang timbul. Dalam 1 minggu, akan terbentuk pola yang khas dari serangan yang hilang timbul. Suatu periode sakit kepala atau rasa tidak enak badan, diikuti oleh menggigil. Demam berlangsung selama 1-8 jam. Setelah demam reda, penderita merasakan sehat sampai terjadi menggigil berikutnya. Pada malaria vivax, serangan berikutnya cenderung terjadi setiap 48 jam.
b.     Disebabkan oleh plasmodium vivax. Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama, tetapi kemudian menjadi intermitten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, dimana suhu meninggi kemudian turun menjadi normal.
Gejala dari malaria tertiana bisa dikelompokan menjadi dua kategori yakni gejala ringan dan juga gejala parah.
1.      Gejala Malaria Tertiana Ringan
Gejala malaria pada anak dalam kadar ringan yang terjadi tidak menimbulkan tanda yang mengindikasikan adanya infeksi berat atau kelainan serta disfungsi organ vital. Akan tetapi, gejala malaria tertiana yang tidak segera diobati bisa berubah menjadi gejala berat atau jika tubuh penderita mempunyai kekebalan tubuh yang tidak baik.
Gejala ringan pada malaria tertiana bisa berlangsung antara 6 sampai 10 jam sekali dan kambuh pada hari kedua. Beberapa stain parasit akan mempunyai siklus yang lebih lama bahkan sampai menghasilkan gejala campuran.
Oleh karena itu gejala malaria tertiana ringan hampir menyerupai gejala yang ditimbulkan dari penyakit flu maka mungkin saja tidak dapat terdiagnosa atau bahkan salah diagnosa di beberapa daerah. Pada umumnya, gejala ringan malaria tertiana terjadi melalui tahap dingin, panas dan juga berkeringat seperti berikut ini.:
a.       Timbul sensasi dingin yang diikuti dengan menggigil
b.      Terjadi demam, sakit kepala dan muntah
c.       Nyeri otot
d.      Diare
e.       Tinja bercampur darah
f.       Timbul kejang yang terkadang saat terjadi pada orang lebih muda akan diikuti dengan berkeringat dan suhu kembali normal namun sangat kelelahan.
2.      Gejala Malaria Tertiana Parah
Pada gejala malaria tertiana parah, maka bukti klinis atau laboratorium akan memperlihatkan tanda disfungsi organ vital dan gejala yang ditimbulkan adalah:
a.       Demam dan menggigil
b.      Gangguan kesadaran atau hilang kesadaran
c.       Timbul kejang
d.      Distres pernapasan atau masalah pernapasan
e.       Terjadi pendarahan abnormal seperti tanda dari penyakit anemia
f.       Ikterus klinis dan juga disfungi organ vital
2.8  Penularan dan Penyebaran Penyakit Malaria
Untuk mengetahui seperti apa nyamuk Anopheles secara lebih mendalam, maka penting untuk menyimak juga apa saja yang menjadi karakteristiknya. Di bawah ini merupakan karakteristik umum nyamuk Anopheles yang perlu diketahui:
*      Karakteristik Nyamuk Anopheles
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002, hal 103).

Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a.       Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
b.      Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c.       Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap darah).
d.      Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e.       Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat
f.       Daurhidupnyamemerlukanwaktu ± 1 minggu
g.      Lebihsenanghidup di daerahrawa
Sesudah nyamuk anopheles betina menggigit manusia, maka parasit akan masuk ke darah lalu bergerak menuju organ hati sehingga infeksi akan terjadi pada hati. Dari sini, parasit akan mengalir kembali ke darah dan langsung menyerang sel darah merah sehat sebagai tempat berkembang biak.
Apabila seluruh sel darah merah sudah dipenuhi dengan parasit, maka sel tersebut akan pecah sehingga lebih banyak lagi parasit yang tersebar di aliran darah dan umumnya sel darah merah tersebut akan pecah setiap dua sampai tiga hari sehingga penderita mengalami demam, menggigil serta berkeringat. Parasit tersebut lalu membuat malaria memenuhi sel darah merah.
Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut.

Jenis-jenis vektor (perantara) malaria yaitu:
a.       Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara di derah pantai



b.      Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan

c.       Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan pegunungan.
2.9  Pemeriksaan Penunjang
a.      Tes Mikroskopis Malaria
Diagnosa yang dilakukan pada pasien pada umumnya adalah berdasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis). Tak hanya didasarkan pada hal tersebut, tap juga pada uji imunoserologis serta penemuan parasit atau plasmodium pada tubuh penderita. Yang disebut dengan uji imunoserologis dengan peracangan beragam target disarankan untuk menjadi pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosa atau pemeriksaan malaria. Biasanya juga ditujukan untuk keperluan survei epidemiologi di mana tes mikroskopis tak bisa dilaksanakan.
Penegakan diagnosa definitif akan demam malaria tertiana dilakukan dengan penemuan parasit atau plasmodium di dalam darah tubuh penderita setelah mengalami gejala. Ketika ada hasil negatif dari pemeriksaan mikroskopis satu kali, ini tak akan menjadi faktor yang menyingkirkan diagnosa demam malaria. Namun, masih diperlukan serangkaian pemeriksaan lanjutan untuk mendukungnya.
Pada tes mikroskopis, ada sejumlah ketentuan yang perlu untuk dijalani supaya nilai diagnostiknya lebih tinggi dengan spesifisitas dan sensitivitas yang sampai 100 persen. Berikut ini merupakan ketentuan yang dimaksud:
1.      Waktu diambilnya sampel harus pada akhir periode demam dan ini baru dianggap tepat; pada akhir periode demam pun harus juga saat memasuki periode berkeringat. Mengapa harus pada waktu demikian? Alasannya adalah karena pada periode tersebut jumlah tropozoid di sirkulasi sudah maksimal dan termasuk sudah dianggap matur atau masak. Dengan demikian, identifikasi spesies dari plasmodium atau parasit akan menjadi jauh lebih mudah bagi petugas kesehatan.
2.      Pengambilan sampel harus memiliki volume yang cukup. Untuk tahu bahwa volume sampel cukup adalah dengan ketentuan darah kapiler bervolume 3,0-4,0 mikroliter dan ini pun diperuntukkan bagi sediaan tebal, sementara untuk sediaan tipis berbeda lagi, yakni 1,0-1,5 mikroliter.
3.      Identifikasi spesies parasit (plasmodium).
4.      Tingginya kualitas perparat dan dijamin baik supaya identifikasi spesies dari parasit yang ada di dalam tubuh penderita dijamin tepat.
5.      Identifikasi morfologi yang juga teramat signifikan pada proses pemeriksaan gejala penderita. Tujuan dari identifikasi ini adalah untuk menentukan spesies plasmodium yang kemudian dilanjutkan untuk dasar pemilihan obat.
b.      QBC atau Semi Quantitative Buffy Coat
Pada metode diagnosa satu ini, prinsip dasarnya adalah tes floresensi yakni adanya protein di plasmodium di mana ini akan menyebabkan pengikatan acridine orange. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi apakah plasmodium sudah benar-benar menginfeksi eritrosit. Teknik pemeriksaan satu ini adalah dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu dengan acridine orange sebagai lapisannya. Namun untuk pembedaan spesies tak bisa dilakukan dengan cara ini.
c.       Tes Imunoserologis
Pemeriksaan ini juga penting pada metode diagnosa karena telah terdesain secara baik agar antibodi spesifik terhadap parasit plasmodium dapat terdeteksi. Hal ini juga berlaku untuk antigen spesifik plasmodium yang sudah terkena infeksi plasmodium. Hanya saja memang diketahui bahwa metode pemeriksaan satu ini masih dalam tahap pengembangan, khususnya dalam penggunaan teknik radioimmunoassay serta enzim immunoassay.
d.      Tes Biomolekuler
Tes satu ini digunakan untuk pendeteksian DNA spesifik plasmodium yang diduga telah menginvasi darah penderita gejala malaria. Dalam tes ini, pelaksanaannya jelas membutuhkan DNA lengkap, yakni dengan cara melisiskan eritrosit atau sel darah penderita supaya ekstrak DNA bisa diperoleh.
2.10          Pencegahan
Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan perjalanan ke daerah malaria bisa melakukan hal-hal berikut:
a.       Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah
b.      Memasang tirai di pintu dan jendela
c.       Memasangkawatnyamuk
d.      Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit
e.       Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga mengurangi daerah tubuh yang digigit nyamuk.
Beberapa hal yang perlu diingat mengenai malaria:
a.       Obat-obat yang digunakan dalam tindakan pencegahan tidak 100% efektif
b.      Gejalanya bisa timbul 1 bulan atau lebih setelah gigitan nyamuk
c.       Gejala awalnya tidak spesifik dan seringkali disalahartikan sebagai influenza

2.11          Penatalaksanaan
a.      Pengobatan Secara Farmakologis.
Penatalaksanaan malaria dapat diberikan tergantung dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain salah satunya adalah :
Malaria Tersiana/ Kuartana
. Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan mefloquin single dosis 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 0.5/Kg BB/ hari selama 14 hari).


b.      Pengobatan Secara Tradisional

1.      Daun Pepaya
Daun pepaya memang terkenal pahit, tapi untuk mengobati malaria secara alami tanpa efek samping, efektivitasnya begitu besar. Anda bisa menyiapkan daun pepaya sebanyak 2 lembar saja, tapi jangan lupa harus mencucinya lebih dulu sebelum mulai meramunya agar tidak kotor. Barulah lanjutkan dengan merebus bersama air 3 gelas.
Pastikan bahwa Anda merebusnya hingga mendidih dan tunggu sampai airnya berkurang hingga akhirnya tinggal segelas saja. Air rebusan ini kemudian bisa Anda angkat dan saring lebih dulu, tunggu hingga suhunya turun atau lebih dingin. Terserah kepada Anda, ingin meminumnya hangat-hangat atau dingin-dingin karena sama sekali tak memengaruhi efektivitasnya dalam menyembuhkan malaria.

2.      Jahe
Jahe sudah digunakan sejak lama untuk menyembuhkan penyakit malaria dan sangat mudah ditemukan sekaligus menjadi bahan yang bagus untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Anda bisa merebus jahe dan dikonsumsi secara teratur untuk mempercepat proses pemulihan infeksi. Jahe juga menjadi bahan aktif yakni gingerol serta hidrokarbon yang memiliki sifat anti inflamasi serta anti bakteri saat berada di dalam tubuh sehingga menjadi solusi penyembuhan malaria yang efektif.
·         Potong potong jahe menjadi ukuran yang kecil dan tambahkan dengan 3 sendok teh kismis.
·         Rebus kedua bahan ini bersama dengan 1 gelas air sampai tersisa 1/2 gelas saja.
·         Diamkan hingga dingin dan minum sampai habis.


3.      Jeruk Bali
Dalam jeruk bali mengandung zat kuat yang serupa dengan kina sehingga bisa menetralisir parasit yang merangsang malaria tersebut. Jeruk bali bisa di ekstrak dengan dosis yang sudah terkonsentrasi atau bisa menambahkan jeruk bali untuk di konsumsi sehari hari.

4.      Limau dan Lemon
Dua jenis buah sitrus seperti limau dan lemon juga sangat dianjurkan untuk dikonsumsi penderita malaria. Jeruk limau dan lemon memiliki senyawa antioksidan, vitamin dan juga mineral yang sangat ampuh untuk menghilangkan demam, mencegah penyebaran infeksi malaria sekaligus mempercepat proses penyembuhan. Campur beberapa tetes sari jeruk limau dengan sari jeruk lemon lalu campur kembali dengan 1 gelas air dan dikonsumsi secara teratur sampai malaria sembuh.
5.      Temulawak
Temulawak menjadi tanaman alami selanjutnya yang bisa dikonsumsi untuk mengobati malaria. Kandungan senyawa kimia yang ada dalam temulawak yakni turmerol dan fellandrean serta beberapa kandungan lain seperti minyak atsiri dan kurkuminoid sangat baik digunakan untuk penderita malaria.
·         Bersihkan dan potong potong malaria menjadi ukuran kecil dan rebus sampai matang.
·         Sesudah dingin, minum air rebusan temulawak secara teratur sampai penyakit dan gejala malaria tertiana bisa disembuhkan dan badan bisa kembali sehat.
6.      Brotowali
Brotowali juga menjadi tanaman yang sering digunakan sejak dulu untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti salah satunya adalah malaria. Tanaman ini memiliki ciri khas tunggal dan bisa tumbuh merambat pada pohon lain dengan rasa yang sangat pahit.
·         Ambil beberapa potong batang brotowali lalu cuci bersih dan rebus bersama air sampai matang.
·         Sesudah agak dingin, minum air rebusan ini supaya bisa cepat sembuh.
7.      Biji Mahoni
Meskipun belum banyak diketahui, biji mahoni juga bisa digunakan sebagai obat malaria meskipun rasanya yang sangat pahit. Caranya adalah dengan menghaluskan biji mahoni sampai menjadi bubuk lalu campur dengan madu dan seduh dalam segelas air panas. Konsumsi sebanyak 3 gelas ramuan ini dalam satu hari secara teratur sampai malaria sembuh.





BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MALARIA TERTIANA

3.1  PENGKAJIAN
1.      Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.
2.      Tanda-tanda vital
Suhu : Meningkat ( > 37°C)
Tekanan darah :Tekanan darah normal atau sedikit menurun
Nadi : Denyut perifer kuat dan cepat  (fase demam)
Respirasi : Tackipnea, Napas pendek
3.      Pola Fungsi Keperawatan
a.       Kesadaran
Gejala : Kesadaran menurun jika demam semakin tinggi
Tanda : Kejang
b.      Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
c.       Sirkulasi
Tanda : Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam), Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia, penurunan aliran darah atau bisa terjadi anemia
d.      Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
e.       Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot, Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
f.       Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing
Tanda : Gelisah, ketakutan, bersamaan dengan terjadinya vertigo.

3.2  DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini : (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 2000)
a.       Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak Adekuat ; anorexia; mual/muntah.
c.      Intoleransi aktivitas sehubungan dengan ketidakseimbangan antara supplai oksigen dan kebutuhan.
d.      Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

3.3  INTERVENSI KEPERAWATAN
NO.
Dx
Tujuan
Intervensi
Perencanaan
Rasional
1.
Hipertermiaberhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kumanpada hipotalamus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Jam diharapkan suhu tubuh kembali normal dengan
NOC :
Thermoregulasi
 KH :
-suhu tubuh dalam rentang normal
- nadi dan respirasi dalam rentang normal
- tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

1)        ukur TTV klain
2)        monitor warna dan suhu kulit
3)        berikan posisi nyaman
4)        anjurkan pasien mengkomsumsi air hangat
5)        ganti pakaian pasien dengan pakain tipis / menyerap keringat.
6)        berikan selimut pendigin
7)        berikan cairan intra vena
8)          kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti peritik
1)      mengetahui keadaan umu pasien untuk tindakan selajutnya .

2)      mengetahui perubahan pada warna dan suhu kulit karena merupakan indikasi demam
3)      memberikan rasa nyaman pada pasien
4)      mengcegah  terjadinya dehidrasi
5)      untuk membantu prose ...
6)      membantu penuruna suhu tubuh
7)      memenuhi kebutuhan cairan
8)      mengurangi rasa sakit pada oasien

2.




























Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak Adekuat ; anorexia; mual/muntah.






















Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Jam diharapkan kebutuhan nutri terpenuhi NOC
Nutritional status
Intake
Weight control
dengan KH :
- kebutuhan nutrisi kembali normal
- makan 1 porsi
- mual muntah hilang
- tidak ada tnada tanda malnutrisi



1)      kaji intake dan output
2)      kaji TTV
3)     anjurkan klain makan sedikit tapi sering

4)       berikan makan selagi hangat
5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti mual dan muntah
6) kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemebrian supan nutrisi yang sesuai










1)      Mengidetifikasi ketidak seimbagan nutrisi
2)      Mengetahui keadaan umum pasien
3)      Memperbaiki status gizi klain secara bertahap
4)      Menabah selera makan klain
5)      Menghlingkan mual dan muntah
6)      Menetpkan kebutuhan nutri yang sesuai
7)      .













3.


































































4.



Intoleransi aktivitas sehubungan dengan antara supplai oksigen dan kebutuhan
































































Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Jam diharapkan klain mampu beraktifitas sendiri
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC
·           Energy conservation
·           Activity tolerance
·           Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
·           Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
·           Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
·           Tanda-tanda vital normal
·           Energy psikomotor
·           Level kelemahan
·           Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
·           Status kardiopulmunari adekuat
·           Sirkulasi status baik
·           Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat





Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Jam diharapkan klien bisa mengatasi ansietasnya berkurang dengan KH :
-Klien mengerti tindakan yang dilakukan
- Klien tidak kebingungan














1. observasi kehilangan / gangguan keseimbangan gaya jalan dan kelemahan otot

2. observasi TTV sebelum dan sesudah aktivitas


3. berikan lingkungan tenang batasi pengunjung dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan


4. anjurkan klien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan,anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya

5. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi infuse dan memberikan transfuse darah.



































1)  Tinjau proses 
Penyakit dan harapan masa depan.


2) Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat, efek samping dan ketaatan terhadap program.

3) Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
4) Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan.


1.menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/ resiko cidera

2. manifestasi kardio pulmonal dr upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

3. meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

4. meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot.

5.mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat.




































1)      Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan.

2)      Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi.

3)      Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuha

4)      Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada.





3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Aziz. 2004).

Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut:
a.  Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi
b.   Keterampilan interpersonal,intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat
c.    Keamanan fisik dan psikologis dilindungi
d.   Dokumentasi intervensi dan respon klien

3.5 EVALUASI
NO.
Dx
Tgl/jam
Evaluasi
1
1

S : klien mengatakan sudah tidak menggigil lagi

O :
-          Klien tampak tidak gelisah
-          Suhu tubuh klien kembali normal

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

S : Klien mengatakan sudah tidak mual muntah

O :
-          Berat badan klien kembali normal
-          TTV ;
Dalam batas normal

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan
2











2

S : Klien mengatakan sudah tidak mual muntah

O :
-          Berat badan klien kembali normal
-          TTV ;
Dalam batas normal

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan
3











3














S : klien mengatakan sudah tidak pusing dan dapat beraktivitas kembali


O :
-          Klien tampak tidak lemas lagi

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

4.



4

S : klien mengatakan sudah mengerti tentang malaria tertiana
O :
-          Klien tampak tidak gelisah lagi dan tidak bingung, klien tidak bertanya-tanya lagi

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan








BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
              Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal.Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
4.2. Saran                         
              Diharapkan agar masyarakat lebih mewaspadai penyakit tersebut khususnya pada daerah pedalaman, karena pada daerah tersebut biasanya akan dibiakkan jentik nyamuk pemakan Plasmodium sp. dan pemindahan hewan-hewan ternak ke daerah pedalaman agar nyamuk Anopheles sp. menggigit hewan tersebut (Plasmodium sp tidak berbahaya bagi hewan).




















DAFTAR PUSTAKA

·         Prabowo, Alan. Malaria : mencegah dan mengatasi. Jakarta : Penerbit Niaga Swadaya
·         Yatim, Faisal. Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya, : Yayasan OborIndonesia
·         Adiputro, Didiet, 2008. Malaria Masih Menghambat Indonesia
·        Behrman., Kliegman., Arvin. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ko Sa Pu Bahagia Lirik - Gleen Sebastian ft. Awind ft. Vavaveez

Lirik - Glen n Se bast ian ft. A wind ft. Va vaveez Ko Sa Pu Bah agia Bersama ko sa rasa bahagia Bersama tong ucap janji seti...