DAFTAR
ISI
Halaman Depan ...................................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan
............................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat
Penulisan ............................................................................................................ 3
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Malaria Tertiana .................................................................................................. 4
2.2 Etiologi
............................................................................................................................. 4
2.3 Epidemiologi..................................................................................................................... 5
2.4 Prevalensi
......................................................................................................................... 6
2.5 Patofisiologi...................................................................................................................... 6
2.6 Pathway............................................................................................................................. 8
2.7 Manifestasi
Klinis.............................................................................................................. 9
2.8 Penularan
& Penyebaran Malaria ..................................................................................... 10
2.9 Pemeriksaan
Penunjang .................................................................................................... 13
2.10
Pencegahan Malaria Tertiana........................................................................................... 14
2.11 Penatalaksanaan.............................................................................................................. 15
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA TERTIANA
3.1
Pengkajian ........................................................................................................................ 19
3.2
Diagnosa Keperawatan .................................................................................................... 20
3.3
Intervensi .......................................................................................................................... 20
3.4
Implementasi .................................................................................................................... 24
3.5
Evaluasi ............................................................................................................................ 24
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
....................................................................................................................... 25
4.2 Saran
................................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSAKA ............................................................................................................ 26
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Sporozoa
(Yunani, spore = biji, zoa = hewan) adalah kelompok protista uniseluler atau bersel
satu yang pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya dapat membentuk sejenis
spora. Sporozoa hidup sebagai parasit pada tubuh hewan dan manusia.Siklus hidup
sporozoa agak kompleks karena melibatkan lebih dari satu inang. Dalam siklus hidupnya, sporozoa membentuk spora dalam
tubuh inang. Selain itu, pada siklus hidup juga terjadi sporulasi, yaitu pembelahan
setiap inti sel secara berulang – ulang sehingga dihasilkan banyak inti yang
masing – masing dikelilingi oleh sitoplasma dan terbentuklah individu baru.
Pergerakannya dilakukan dengan cara mengubah kedudukan
tubuhnya. Tubuh berbentuk bulat panjang atau lonjong. Pada umumnya bersifat parasit
dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Respirasi dan ekskresi dilakukan
dengan cara difusi. Makanan diperoleh dengan cara menyerap zat makanan dari hospesnya.
Reproduksi dapat secara vegetative dan generative. Beberapa contoh spesies dari
Sporozoa yaitu Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan
Toxoplasma gondii.
Vektordari Plasmodium penyebab penyakit malaria adalah
nyamuk Anopheles betina. Plasmodium hidup sebagai parasit pada sel-sel darah merah
manusia atau vertebrata lainnya. selama hidupnya, Palsmodium tersebut mengalami
dua fase, yakni fases porogoni dan fase skizogoni. Fase sporogoni terjadi didalam
tubuh nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase skizogoni berlangsung didalam tubuh
manusia.
Malaria tertiana adalah salah
satu dari jenis-jenis malaria yang
terbilang umum dan ringan meski masih ada yang lebih ringandari ini, yakni
malaria ovale. Jenis tertiana adalah kondisi malaria yang ada hubungannya dengan
parasit bernama Plasmodium vivax. Parasit inilah yang pada umumnya
menyebabkan adanya infeksi pada eritrosit muda di mana diameternya juga memang lebih
besar ketimbang yang normal.
1.2 RumusanMasalah
1. Apa
definisi dari malaria tersiana ?
2. Bagaimana
etiologi malaria di Indonesia ?
3. Apa
saja epidemiologi malaria tersiana ?
4. Bagaimana
prevalensi malaria tertian ?
5. Bagaimana patofisiologi dari malaria tersiana?
6. Bagaimana
pathway malaria?
7. Apa
saja manifestasi klinis penyakit malaria ?
8. Bagaimana
penularan dan penyebaran malaria tersiana ?
9. Apa
saja pemeriksaan penunjang malaria tersiana ?
10. Bagaimanapencegahan
malaria tersiana ?
11. Bagaimanapenatalaksanaan?
12. Bagaimana
Asuhan Keperawatan dari malaria ?
1.3 Tujuan
Tujuan
1. Untukmengetahuidefinisidari
malaria tersiana
2. Untukmengetahuietiologi
malaria di Indonesia
3. Untukmengetahuiepidemiologi
malaria tersiana
4. Untuk
mengetahui prevalensi malaria tertiana
5. Untukmengetahuipatofisiologi
malaria tertiana
6. Untuk
mengetahuipathway malaria tersiana
7. Untukmengetahuimanifestasi
klinis malaria tertiana
8. Untukmengetahuipenularan
dan penyebaran penyakitmalariaa tersiana
9. Untuk
mengetahui pemeriksaan penunjang malaria tersiana
10. Untukmengetahuipencegahan
malaria tersiana
11. Untukmengetahuipenatalaksanaan
malaria tersiana
12. UntukmengetahuibagaimanaAsuhanKeperawatandari
malaria tetiana
1.4 Manfaat
Manfaat
yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa
dapat mengenal tentang konsep dasar penyakit malaria tertian
2. Mahasiswa
dapat mengenal tentang asuhan keperawatan malaria tertiana
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Malaria
Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang
diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan
plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah
menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoitovale dan pigmen kuning tengguli.
Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin
eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam
dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari
sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.Dari semua
jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika
merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya
komplikasi.
2.2 Etiologi
Menurut Harijanto (2000) plasmodium yang dapat menyebabkan malaria tertiana
yaitu:
a.
Plasmodium
vivax, merupakan jenis parasit yang paling sering dan menyebabkan malaria
tertiana/ vivax. Parasit ini akan menimbulkan demam yang berlangsung selama
tiga hari. Masa inkubasi
Plasmodium vivax 14-17 hari.
Gambar 1 Nyamuk
Anopheles Betina
Gambar 2
Plasmodium vivax
Plasmodium vivax hanya menyerang
eritrosit muda (reticulocyt), dan tidak dapat menyerang/tidak mampu menyerang
eritrosit yang masak. Segera setelah invasi kedalam eritrosit langsung
membentuk cincin., sitoplasma menjadi aktif seperti amoeba membentuk
pseudopodia bergerak ke segala arah sehingga disebut “vivax”. Malaria tertiana
yang disebabkan oleh parasit Plasmodium vivax memunculkan gejala malaria
seperti demam setiap tiga hari sekali. Malaria tertiana termasuk jenis penyakit
malaria yang tidak berbahaya, tetapi jika tidak diobati dapat juga merengut
nyawa.
2.3 Epidemiologi
Papua,
Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) masih menjadi daerah berkategori endemis
tinggi penyebaran penyakit malaria. Hal itu terungkap dari data Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) terkait 'Situasi Malaria Menurut Kabupaten/Kota di Indonesia tahun
2017.'
Dari
total 262 juta penduduk di Indonesia, sebanyak 4,9juta atau dua persennya tinggal
di daerah endemis tinggi. Selama tahun 2017, tercatat ada 261.617 kasus malaria
secara nasional yang menewaskan setidaknya 100 orang.
Sementara
itu, setengah dari total jumlah 514 kabupaten/kota di Indonesia sudah mencapai kategori
bebas malaria. Artinya, terdapat 72 persen penduduk Nusantara tinggal di daerah
bebas malaria. Peta berwarna putih atau bebas malaria terdapat di Pulau Jawa dan
Bali, sementara sisanya mayoritas berwarna hijau (endemis rendah) seperti di
Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Masih terdapat
10,7juta penduduk yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria.
Upaya percepatan untuk mencapai bebas malaria harusdilakukan di Papua, Papua
Barat, dan NTT.
2.4 Prevalensi
Malaria
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Wilayah yang
angka kejadian penyait ini adalah Papua. Papua merupakan daerah endemis tinggi malaria
yang memiliki prevalensi malaria 18,4 %, dimana prevalensi malaria nasional
2,58 %. Oleh karena itu kegiatan penemuan penderita malaria sedini mungkin
perlu dilakukan untuk memutus penyebaran malaria.
Contohnya
prevalensi penderita malaia tertiana di Distrik Supiori Barat :
·
Sebanyak 18,37 % golongan umur 0-10
tahun menderita malaria tertiana.
·
Jenis kelamin laki-laki di Distrik
Supiori Barat lebih banyak menderita malaria dibandingkan perempuan sebesar
63,27 %. Dan laki-laki lebih banyak menderita malaria tertian sebesar 26,53 %.
·
Di desa Waryei yang positif malaria
tertiana sebesar 10,20 %
·
Penderita yang positif malaria tertiana
banyak mengeluhkan demam sebesar 75 % di Distrik Supiori Barat
·
Sebanyak 28,57 % di Distrik Supiori
Barat yang positif malaria tertiana asimtomatis.
2.5 Patofisiologi
Daur hidup spesies malaria tertiana pada manusia yaitu:
a. Fase Seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan
di dalam tubuh nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit
di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan
betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh
Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit
jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung
dan berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang
memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163).
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3
generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual.
Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi
adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari
masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
(Mansjoer, 2001, hal. 409).
b.
Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk
betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya
menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya
bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan
mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari
kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati
ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah
merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah mengandung
hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah. Eritrosit
diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di
hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses
kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang
dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel
darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki
jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer
sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang
di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah
pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit
dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium
memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual)
dan sebagian ditubuh nyamuk.
2.6 Pathway
2.7 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dengan
malaria tertiana adalah sebagai berikut:
a. Suatu serangan biasa dimulai secara samar-samar dengan
menggigil, di ikuti berkeringat dan demam yang hilang timbul. Dalam 1 minggu,
akan terbentuk pola yang khas dari serangan yang hilang timbul. Suatu periode
sakit kepala atau rasa tidak enak badan, diikuti oleh menggigil. Demam
berlangsung selama 1-8 jam. Setelah demam reda, penderita merasakan sehat
sampai terjadi menggigil berikutnya. Pada malaria vivax,
serangan berikutnya cenderung terjadi setiap 48 jam.
b.
Disebabkan oleh
plasmodium vivax. Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama, tetapi kemudian
menjadi intermitten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, dimana
suhu meninggi kemudian turun menjadi normal.
Gejala dari malaria
tertiana bisa dikelompokan menjadi dua kategori yakni gejala ringan dan juga
gejala parah.
1.
Gejala Malaria Tertiana Ringan
Gejala
malaria pada anak dalam kadar ringan yang terjadi tidak menimbulkan
tanda yang mengindikasikan adanya infeksi berat atau kelainan serta disfungsi
organ vital. Akan tetapi, gejala malaria tertiana yang tidak segera diobati
bisa berubah menjadi gejala berat atau jika tubuh penderita mempunyai kekebalan
tubuh yang tidak baik.
Gejala ringan
pada malaria tertiana bisa berlangsung antara 6 sampai 10 jam sekali dan kambuh
pada hari kedua. Beberapa stain parasit akan mempunyai siklus yang lebih lama
bahkan sampai menghasilkan gejala campuran.
Oleh karena itu
gejala malaria tertiana ringan hampir menyerupai gejala yang ditimbulkan dari
penyakit flu maka mungkin saja tidak dapat terdiagnosa atau bahkan salah
diagnosa di beberapa daerah. Pada umumnya, gejala ringan malaria tertiana
terjadi melalui tahap dingin, panas dan juga berkeringat seperti berikut ini.:
a. Timbul
sensasi dingin yang diikuti dengan menggigil
b.
Terjadi demam, sakit kepala dan muntah
c.
Nyeri otot
d.
Diare
e.
Tinja bercampur darah
f.
Timbul kejang yang terkadang saat
terjadi pada orang lebih muda akan diikuti dengan berkeringat dan suhu kembali
normal namun sangat kelelahan.
2.
Gejala Malaria Tertiana Parah
Pada gejala
malaria tertiana parah, maka bukti klinis atau laboratorium akan memperlihatkan
tanda disfungsi organ vital dan gejala yang ditimbulkan adalah:
a. Demam
dan menggigil
b.
Gangguan kesadaran atau hilang kesadaran
c.
Timbul kejang
d.
Distres pernapasan atau masalah
pernapasan
e.
Terjadi pendarahan abnormal seperti
tanda dari penyakit anemia
f.
Ikterus klinis dan juga disfungi organ
vital
2.8 Penularan dan Penyebaran Penyakit
Malaria
Untuk mengetahui seperti apa nyamuk
Anopheles secara lebih mendalam, maka penting untuk menyimak juga apa saja yang
menjadi karakteristiknya. Di bawah ini merupakan karakteristik umum nyamuk
Anopheles yang perlu diketahui:
Karakteristik
Nyamuk Anopheles
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat
ditularkan oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di
dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan
malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor
malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air
tawar, air payau dan ada pula yang bersarang pada genangan air pada
cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002, hal 103).
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di
dataran rendah
b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan
senang mengigit manusia (menghisap darah).
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas
dengan sudut 48 derajat
f. Daurhidupnyamemerlukanwaktu
± 1 minggu
g. Lebihsenanghidup
di daerahrawa
Sesudah
nyamuk anopheles betina menggigit manusia, maka parasit akan masuk ke darah
lalu bergerak menuju organ hati sehingga infeksi akan terjadi pada hati. Dari
sini, parasit akan mengalir kembali ke darah dan langsung menyerang sel darah
merah sehat sebagai tempat berkembang biak.
Apabila
seluruh sel darah merah sudah dipenuhi dengan parasit, maka sel tersebut akan
pecah sehingga lebih banyak lagi parasit yang tersebar di aliran darah dan
umumnya sel darah merah tersebut akan pecah setiap dua sampai tiga hari
sehingga penderita mengalami demam, menggigil serta berkeringat. Parasit
tersebut lalu membuat malaria memenuhi sel darah merah.
Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada
orang sehat, sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria
dalam darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh
nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut.
Jenis-jenis
vektor (perantara) malaria yaitu:
a. Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara di derah pantai
b. Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah
persawahan
c.
Anopheles
Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan
pegunungan.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
a.
Tes
Mikroskopis Malaria
Diagnosa
yang dilakukan pada pasien pada umumnya adalah berdasarkan pada manifestasi
klinis (termasuk anamnesis). Tak hanya didasarkan pada hal tersebut, tap juga
pada uji imunoserologis serta penemuan parasit atau plasmodium pada tubuh
penderita. Yang disebut dengan uji imunoserologis dengan peracangan beragam
target disarankan untuk menjadi pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam
menunjang diagnosa atau pemeriksaan malaria. Biasanya juga ditujukan untuk
keperluan survei epidemiologi di mana tes mikroskopis tak bisa dilaksanakan.
Penegakan
diagnosa definitif akan demam malaria tertiana dilakukan dengan penemuan
parasit atau plasmodium di dalam darah tubuh penderita setelah mengalami
gejala. Ketika ada hasil negatif dari pemeriksaan mikroskopis satu kali, ini
tak akan menjadi faktor yang menyingkirkan diagnosa demam malaria. Namun, masih
diperlukan serangkaian pemeriksaan lanjutan untuk mendukungnya.
Pada
tes mikroskopis, ada sejumlah ketentuan yang perlu untuk dijalani supaya nilai
diagnostiknya lebih tinggi dengan spesifisitas dan sensitivitas yang sampai 100
persen. Berikut ini merupakan ketentuan yang dimaksud:
1.
Waktu
diambilnya sampel harus pada akhir periode demam dan ini baru dianggap tepat;
pada akhir periode demam pun harus juga saat memasuki periode berkeringat.
Mengapa harus pada waktu demikian? Alasannya adalah karena pada periode
tersebut jumlah tropozoid di sirkulasi sudah maksimal dan termasuk sudah
dianggap matur atau masak. Dengan demikian, identifikasi spesies dari
plasmodium atau parasit akan menjadi jauh lebih mudah bagi petugas kesehatan.
2.
Pengambilan
sampel harus memiliki volume yang cukup. Untuk tahu bahwa volume sampel cukup
adalah dengan ketentuan darah kapiler bervolume 3,0-4,0 mikroliter dan ini pun
diperuntukkan bagi sediaan tebal, sementara untuk sediaan tipis berbeda lagi,
yakni 1,0-1,5 mikroliter.
3.
Identifikasi
spesies parasit (plasmodium).
4.
Tingginya
kualitas perparat dan dijamin baik supaya identifikasi spesies dari parasit
yang ada di dalam tubuh penderita dijamin tepat.
5.
Identifikasi
morfologi yang juga teramat signifikan pada proses pemeriksaan gejala
penderita. Tujuan dari identifikasi ini adalah untuk menentukan spesies plasmodium
yang kemudian dilanjutkan untuk dasar pemilihan obat.
b.
QBC atau Semi
Quantitative Buffy Coat
Pada
metode diagnosa satu ini, prinsip dasarnya adalah tes floresensi yakni adanya
protein di plasmodium di mana ini akan menyebabkan pengikatan acridine orange.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi apakah plasmodium sudah benar-benar
menginfeksi eritrosit. Teknik pemeriksaan satu ini adalah dengan menggunakan
tabung kapiler dengan diameter tertentu dengan acridine orange sebagai
lapisannya. Namun untuk pembedaan spesies tak bisa dilakukan dengan cara ini.
c.
Tes
Imunoserologis
Pemeriksaan
ini juga penting pada metode diagnosa karena telah terdesain secara baik agar
antibodi spesifik terhadap parasit plasmodium dapat terdeteksi. Hal ini juga
berlaku untuk antigen spesifik plasmodium yang sudah terkena infeksi
plasmodium. Hanya saja memang diketahui bahwa metode pemeriksaan satu ini masih
dalam tahap pengembangan, khususnya dalam penggunaan teknik radioimmunoassay
serta enzim immunoassay.
d.
Tes
Biomolekuler
Tes
satu ini digunakan untuk pendeteksian DNA spesifik plasmodium yang diduga telah
menginvasi darah penderita gejala malaria. Dalam tes ini, pelaksanaannya jelas
membutuhkan DNA lengkap, yakni dengan cara melisiskan eritrosit atau sel darah
penderita supaya ekstrak DNA bisa diperoleh.
2.10
Pencegahan
Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang
mengadakan perjalanan ke daerah malaria bisa melakukan hal-hal berikut:
a. Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di
luar rumah
b. Memasang tirai di pintu dan jendela
c. Memasangkawatnyamuk
d. Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit
e. Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga
mengurangi daerah tubuh yang digigit nyamuk.
Beberapa
hal yang perlu diingat mengenai malaria:
a. Obat-obat yang digunakan dalam tindakan pencegahan tidak
100% efektif
b. Gejalanya bisa timbul 1 bulan atau lebih setelah gigitan
nyamuk
c. Gejala awalnya tidak spesifik dan seringkali
disalahartikan sebagai influenza
2.11
Penatalaksanaan
a.
Pengobatan Secara
Farmakologis.
Penatalaksanaan malaria dapat diberikan tergantung dari
jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain salah satunya
adalah :
Malaria Tersiana/ Kuartana. Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan mefloquin single dosis 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 0.5/Kg BB/ hari selama 14 hari).
Malaria Tersiana/ Kuartana. Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan mefloquin single dosis 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 0.5/Kg BB/ hari selama 14 hari).
b. Pengobatan Secara Tradisional
1.
Daun
Pepaya
Daun pepaya memang terkenal pahit, tapi untuk mengobati
malaria secara alami tanpa efek samping, efektivitasnya begitu besar. Anda bisa
menyiapkan daun pepaya sebanyak 2 lembar saja, tapi jangan lupa harus
mencucinya lebih dulu sebelum mulai meramunya agar tidak kotor. Barulah
lanjutkan dengan merebus bersama air 3 gelas.
Pastikan bahwa Anda merebusnya
hingga mendidih dan tunggu sampai airnya berkurang hingga akhirnya tinggal
segelas saja. Air rebusan ini kemudian bisa Anda angkat dan saring lebih dulu,
tunggu hingga suhunya turun atau lebih dingin. Terserah kepada Anda, ingin
meminumnya hangat-hangat atau dingin-dingin karena sama sekali tak memengaruhi
efektivitasnya dalam menyembuhkan malaria.
2.
Jahe
Jahe
sudah digunakan sejak lama untuk menyembuhkan penyakit malaria dan sangat mudah
ditemukan sekaligus menjadi bahan yang bagus untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Anda bisa merebus jahe dan dikonsumsi secara teratur untuk
mempercepat proses pemulihan infeksi. Jahe juga menjadi bahan aktif yakni
gingerol serta hidrokarbon yang memiliki sifat anti inflamasi serta anti
bakteri saat berada di dalam tubuh sehingga menjadi solusi penyembuhan malaria
yang efektif.
·
Potong
potong jahe menjadi ukuran yang kecil dan tambahkan dengan 3 sendok teh kismis.
·
Rebus
kedua bahan ini bersama dengan 1 gelas air sampai tersisa 1/2 gelas saja.
·
Diamkan
hingga dingin dan minum sampai habis.
3.
Jeruk
Bali
Dalam jeruk bali mengandung zat kuat
yang serupa dengan kina sehingga bisa menetralisir parasit yang merangsang
malaria tersebut. Jeruk bali bisa di ekstrak dengan dosis yang sudah
terkonsentrasi atau bisa menambahkan jeruk bali untuk di konsumsi sehari hari.
4.
Limau
dan Lemon
Dua jenis buah sitrus seperti limau dan lemon juga sangat
dianjurkan untuk dikonsumsi penderita malaria. Jeruk limau dan lemon memiliki
senyawa antioksidan, vitamin dan juga mineral yang sangat ampuh untuk
menghilangkan demam, mencegah penyebaran infeksi malaria sekaligus mempercepat
proses penyembuhan. Campur beberapa tetes sari jeruk limau dengan sari jeruk
lemon lalu campur kembali dengan 1 gelas air dan dikonsumsi secara teratur sampai
malaria sembuh.
5.
Temulawak
Temulawak menjadi tanaman alami
selanjutnya yang bisa dikonsumsi untuk mengobati malaria. Kandungan senyawa
kimia yang ada dalam temulawak yakni turmerol dan fellandrean serta beberapa
kandungan lain seperti minyak atsiri dan kurkuminoid sangat baik digunakan
untuk penderita malaria.
·
Bersihkan
dan potong potong malaria menjadi ukuran kecil dan rebus sampai matang.
·
Sesudah
dingin, minum air rebusan temulawak secara teratur sampai penyakit dan gejala
malaria tertiana bisa disembuhkan dan badan bisa kembali sehat.
6.
Brotowali
Brotowali juga menjadi tanaman yang sering digunakan sejak
dulu untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti salah satunya adalah
malaria. Tanaman ini memiliki ciri khas tunggal dan bisa tumbuh merambat pada pohon
lain dengan rasa yang sangat pahit.
·
Ambil
beberapa potong batang brotowali lalu cuci bersih dan rebus bersama air sampai
matang.
·
Sesudah
agak dingin, minum air rebusan ini supaya bisa cepat sembuh.
7.
Biji
Mahoni
Meskipun belum banyak diketahui, biji mahoni juga bisa
digunakan sebagai obat malaria meskipun rasanya yang sangat pahit. Caranya
adalah dengan menghaluskan biji mahoni sampai menjadi bubuk lalu campur dengan
madu dan seduh dalam segelas air panas. Konsumsi sebanyak 3 gelas ramuan ini
dalam satu hari secara teratur sampai malaria sembuh.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN MALARIA TERTIANA
3.1
PENGKAJIAN
1.
Identitas Pasien
Meliputi nama,
umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.
2.
Tanda-tanda vital
Suhu : Meningkat
( > 37°C)
Tekanan darah
:Tekanan darah normal atau sedikit menurun
Nadi : Denyut
perifer kuat dan cepat (fase demam)
Respirasi :
Tackipnea, Napas pendek
3.
Pola Fungsi Keperawatan
a.
Kesadaran
Gejala :
Kesadaran menurun jika demam semakin tinggi
Tanda :
Kejang
b.
Aktivitas/
istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan
penurunan kekuatan.
c. Sirkulasi
Tanda : Denyut
perifer kuat dan cepat (fase demam), Kulit hangat, diuresis (diaphoresis )
karena vasodilatasi. Pucat
dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia, penurunan aliran darah atau bisa
terjadi anemia
d. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi;
penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
e. Makanan dan
cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda :
Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot, Penurunan
haluaran urine, kosentrasi urine.
f. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing
Tanda :
Gelisah, ketakutan, bersamaan dengan terjadinya vertigo.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien
dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan
seperti dibawah ini : (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 2000)
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan
metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
b. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak Adekuat ;
anorexia; mual/muntah.
c.
Intoleransi
aktivitas sehubungan dengan ketidakseimbangan antara supplai oksigen dan
kebutuhan.
d. Kurang pengetahuan, mengenai
penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
3.3 INTERVENSI
KEPERAWATAN
NO.
|
Dx
|
Tujuan
|
Intervensi
|
|
Perencanaan
|
Rasional
|
|||
1.
|
Hipertermiaberhubungan
dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kumanpada
hipotalamus
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Jam diharapkan suhu tubuh kembali normal dengan
NOC :
Thermoregulasi
KH :
-suhu tubuh dalam rentang normal
- nadi dan respirasi dalam rentang normal
- tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
|
1)
ukur TTV klain
2)
monitor warna dan suhu kulit
3)
berikan posisi nyaman
4)
anjurkan pasien mengkomsumsi air hangat
5)
ganti pakaian pasien dengan pakain tipis / menyerap keringat.
6)
berikan selimut pendigin
7)
berikan cairan intra vena
8)
kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti peritik
|
1)
mengetahui keadaan umu pasien untuk tindakan selajutnya
.
2) mengetahui perubahan pada warna dan suhu kulit karena
merupakan indikasi demam
3)
memberikan rasa nyaman pada pasien
4)
mengcegah terjadinya dehidrasi
5)
untuk membantu prose ...
6)
membantu penuruna suhu tubuh
7)
memenuhi kebutuhan cairan
8)
mengurangi rasa sakit pada oasien
|
2.
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan
yang tidak Adekuat ; anorexia; mual/muntah.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Jam diharapkan kebutuhan nutri terpenuhi NOC
Nutritional
status
Intake
Weight control
dengan KH :
- kebutuhan nutrisi kembali normal
- makan 1 porsi
- mual muntah hilang
- tidak ada tnada
tanda malnutrisi
|
1) kaji intake
dan output
2) kaji TTV
3) anjurkan klain makan sedikit tapi sering
4) berikan makan selagi hangat
5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti
mual dan muntah
6) kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemebrian supan
nutrisi yang sesuai
|
1) Mengidetifikasi
ketidak seimbagan nutrisi
2) Mengetahui keadaan
umum pasien
3) Memperbaiki status
gizi klain secara bertahap
4) Menabah selera
makan klain
5) Menghlingkan mual
dan muntah
6)
Menetpkan kebutuhan nutri yang sesuai
7)
.
|
3.
4.
|
Intoleransi aktivitas sehubungan dengan antara
supplai oksigen dan kebutuhan
Kurang pengetahuan, mengenai
penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Jam diharapkan klain mampu beraktifitas sendiri
Tujuan
dan Kriteria Hasil
NOC
· Energy conservation
· Activity tolerance
· Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
· Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
· Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara
mandiri
· Tanda-tanda vital normal
· Energy psikomotor
· Level kelemahan
· Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
· Status kardiopulmunari adekuat
· Sirkulasi status baik
· Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi
adekuat
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Jam diharapkan klien bisa
mengatasi ansietasnya berkurang dengan KH :
-Klien mengerti tindakan yang
dilakukan
- Klien tidak kebingungan
|
1. observasi kehilangan / gangguan keseimbangan gaya jalan dan kelemahan
otot
2. observasi TTV sebelum dan sesudah aktivitas
3. berikan lingkungan tenang batasi pengunjung dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan
4. anjurkan klien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan,anjurkan
pasien melakukan aktivitas semampunya
5. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi infuse dan
memberikan transfuse darah.
1)
Tinjau proses
Penyakit dan harapan masa depan.
2) Berikan informasi mengenai
terapi obat - obatan, interaksi obat, efek samping dan ketaatan terhadap
program.
3) Dorong periode istirahat dan
aktivitas yang terjadwal.
4) Tinjau perlunya kesehatan
pribadi dan kebersihan lingkungan.
|
1.menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/ resiko cidera
2. manifestasi kardio pulmonal dr upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
3. meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
4. meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki
tonus otot.
5.mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat.
1)
Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan.
2)
Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama
dalam penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi.
3) Mencegah
pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuha
4)
Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan
mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada.
|
3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah langkah keempat
dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan (Aziz. 2004).
Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut:
a.
Intervensi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi
b. Keterampilan
interpersonal,intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat
c.
Keamanan fisik dan psikologis
dilindungi
d.
Dokumentasi intervensi dan respon
klien
3.5 EVALUASI
NO.
|
Dx
|
Tgl/jam
|
Evaluasi
|
1
|
1
|
S : klien
mengatakan sudah tidak menggigil lagi
O :
-
Klien tampak tidak gelisah
-
Suhu tubuh klien kembali normal
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
S : Klien
mengatakan sudah tidak mual muntah
O :
-
Berat badan klien kembali
normal
-
TTV ;
Dalam
batas normal
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
|
|
2
|
2
|
S : Klien
mengatakan sudah tidak mual muntah
O :
-
Berat badan klien kembali
normal
-
TTV ;
Dalam
batas normal
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
|
|
3
|
3
|
S : klien
mengatakan sudah tidak pusing dan dapat beraktivitas kembali
O :
-
Klien tampak tidak lemas lagi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
|
|
4.
|
4
|
S : klien
mengatakan sudah mengerti tentang malaria tertiana
O :
-
Klien tampak tidak gelisah lagi
dan tidak bingung, klien tidak bertanya-tanya lagi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
|
BAB
IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Malaria
Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya
lebih besar dari eritrosit normal.Gejala malaria jenis ini secara periodik 48
jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari
sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
4.2. Saran
Diharapkan
agar masyarakat lebih mewaspadai penyakit tersebut khususnya pada daerah
pedalaman, karena pada daerah tersebut biasanya akan dibiakkan jentik nyamuk
pemakan Plasmodium sp. dan pemindahan
hewan-hewan ternak ke daerah pedalaman agar nyamuk Anopheles sp. menggigit
hewan tersebut (Plasmodium sp tidak berbahaya bagi hewan).
DAFTAR PUSTAKA
·
Prabowo, Alan. Malaria : mencegah dan mengatasi. Jakarta : Penerbit Niaga Swadaya
·
Yatim, Faisal. Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya, : Yayasan
OborIndonesia
·
Adiputro, Didiet, 2008. Malaria Masih
Menghambat Indonesia
·
Behrman.,
Kliegman., Arvin. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar