BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ginjal adalah
organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangatvaskuler)
tugasnya pada dasarnya adalah “menyaring/membersihkan darah.
Aliran darah ke
ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring
menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus.
Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2
ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Batu
ginjal merupakan batu saluran kemih, sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra.
Angka
prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu
saluran kemih. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan
dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Penyakit batu
saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang
banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai
batu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi
status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari.
B.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana anatomi dan fisiologis organ
?
b.
Pengertian dari penyakit batu ginjal ?
c.
Apa saja yang penyebab dari batu ginjal
?
d.
Apa saja tanda dan gejala dari batu
ginjal ?
e.
Bagaimana pemeriksaan diagnostik dan
penunjang dari batu ginjal ?
f.
Bagaimana penatalaksanaan medis dan
keperwatan dari batu ginjal ?
g.
Apa saja komplikasi dari batu ginjal ?
h.
Bagaimana asuhan keperawatan dari batu
ginjal ?
C.
Tujuan
a. Untuk
mengetahui anatomi dan fisiologis organ
b. Untuk
mengetahui pengertian dari batu ginjal
c. Untuk
mengetahui penyebab dari batu ginjal
d. Untuk
mengetahui tanda dan gejala dari batu ginjal
e. Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnotik dan penunjang dari batu ginjal
f. Untuk
mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari batu ginjal
g. Untuk
mengetahui komplikasi dari batu ginjal
h. Untuk
mengetahui landasan teori asuhan keperawatan dari batu ginjal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Anatomi Fisiologi Organ
a. Anatomi
Ginjal merupakan suatu organ
yang terletak retroperitoneal pada dinding abdomen di kanan dan kiri columna
vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah
dari yang kiri karena besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis
jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan
kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan
ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal (Tortora,
2011). Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat
terang dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks
ginjal mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri
dari glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa
triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian
apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil
ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis ginjal
(Tortora, 2011).
b.
Fisiologi
Ginjal menjalankan fungsi
yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan
dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi
vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan
reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang
tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam
urin melalui sistem pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2012). Menurut Sherwood
(2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang
sesuai sehingga sangat berperan dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah
arteri. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
c. Mengekskresikan produk-produk
sisa metabolisme tubuh.
d. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Ginjal mendapatkan darah yang
harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan mengambil zat-zat yang
berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah pun diubah menjadi urin.
Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan
ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan
keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung
kemih akan di keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011). Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam
pembentukan urin, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin
dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari
kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali
protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat
glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan
difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi,
kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi
(Sherwood, 2011).
B.
Landasan Teoritis Penyakit
a.
Pengertian
a) Batu ginjal adalah terbentuknya
kristal di saluran kemih yang telah mencapai ukuran yang cukup sehingga
meninbulkan gejala (Alla,2008).
b) Batu
ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi
pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling
sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
b. Etiologi
Penyakit batu
saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang
banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai
batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi
status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
a) Faktor
Intrinsik, meliputi:
·
Herediter; diduga dapat diturunkan dari
generasi ke generasi.
·
Umur; paling sering didapatkan pada
usia 30-50 tahun
·
Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3
kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
b) Faktor
Ekstrinsik, meliputi:
·
Geografi; pada beberapa daerah
menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga
dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
·
Iklim dan temperatur
·
Asupan air; kurangnya asupan air dan
tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
·
Diet; diet tinggi purin, oksalat dan
kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
·
Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai
pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik
(sedentary life).
c. Komposisi Batu
Batu saluran
kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam
urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang
komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.
C. Manifestasi
Klinis
a. Perubahan dalam
Buang air kecil dan warna urin
Salah
satu Fungsi ginjal adalah membuat air kencing (urin), apabila ginjal
manusia mengalami gangguan, maka akan terjadi lah gangguan pada pembentukan urin, baik dari
warna,bau dan karakterisitiknya. Akibat dari gangguan ini,maka terjadilah
perubahan dalam frekuensi buang air kecil. Mungkin
buang air kecil lebih sering dan lebih banyak dari pada biasanya dengan warna
urin yang pucat. Dan mungkin buang air kecil dalam jumlah sedikit dari biasanya
dengan urin yang berwarna gelap
b. Tubuh
mengalami pembengkakan
Ketika ginjal
gagal untuk melakukan fungsinya, yakni mengeluarkan cairan atau toksin dalam
tubuh, maka tubuh akan dipenuhi cairan yang mengakibatkan pembengkakan
terhadap beberapa bagian tubuh, diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki,
wajah dan tangan
c. Tubuh
cepat lelah / kelelahan
Ginjal yang
sehat memproduksi hormon yang disebut dengan erythropoietin yang mempunyai
fungsi sebagai memerintahkan tubuh untuk membuat oksigen yang membawa sel darah
merah. Ketika tubuh mengalami gagal ginjal, maka ginjal hanya
memproduksi sedikit. Dengan demikian karena sel-sel darah merah pembawa oksigen
tadi berkurang sehingga otot dan otak tubuh menjadi cepat lelah. Kondisi
ini disebut juga sebagai anemia. Oleh karena itu, apabila mengalami
anemia yang berkelanjutan, hati-hati karena hal tersebut bisa saja merupakan
gejala penyakit ginjal.
d. Bau Mulut /
ammonia breath
Penumpukan
limbah dalam darah (disebut juga sebagai uremia) karena adanya gagal
ginjal dapat membuat rasa tidak enak dalam makanan dan bau mulut yang
busuk.juga bisa mendadak berhenti menyukai daging dan kehilangan berat badan
drastis. Di beberapa kasus ada juga yang merasa bau mulutnya seperti meminum
cairan besi
e. Rasa Mual dan
Ingin Muntah
Gejala penyakit
ginjal yang lainnya adalah rasa mual berkelanjutan dan selalu ingin muntah.
Gejala ini muncul disebabkan karena uremia tadi (penumpukan limbah dalam
darah). Gejala ini berhubungan dengan gejala penyakit ginjal sebelumnya yakni
bau mulut. Karena bau mulut,akan mengalami mual yang berakibat sulit makan dan
kehilangan berat badan yang sangat drastis.
D.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisa
Warna mungkin
kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan SDM, SDP, kristal (
sistin,asam urat,kalsium oksalat), ph asam (meningkatkan sistin dan batu asam
urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau
sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan
urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap
Hb,Ht,abnormal
bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon
Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi
kalsiumm dari tulang, meningkatkan sirkulasi s\erum dan kalsium urine.
d. Foto Rntgen
Menunjukan
adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang urewter.
e. IVP
Memberukan
konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,abdominal atau
panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureterokopi
Visualiasi
kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi.
g. USG ginjal
Untuk
menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu
E. Penatalaksanaan
Medis dan Keperawatan
Batu yang sudah menimbulkan masalah
pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit
yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu saluran kemih
adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat
dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui
tindakan endourologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka. Tujuannya :
a.
Menghilangkan obstruksi
b.
Mengobati infeksi
c.
Menghilangkan rasa nyeri.
d.
Mencegah terjadinya gagal ginjal dan
mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi
F. Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut
yang tidak kalah pentingnya adalah upaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka
kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10
tahun. Prinsip
pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat.
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
a.
Menghindari dehidrasi dengan minum
cukup, upayakan produksi urine 2 - 3 liter per hari
b.
Aktivitas harian yang cukup
c.
Medikamentosa
d.
Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
Beberapa diet
yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
a.
Rendah protein, karena protein akan
memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
b.
Rendah oksalat
c.
Rendah garam karena natriuresis akan
memacu timbulnya hiperkalsiuria
d.
Rendah purin
e.
Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali
pada hiperkalsiuria absorbtif type II
G. Komplikasi
a. Infeksi
b. Obstruksi
c. Hidronephrosis.
H. Asuhan
Keperawatan
a. Pengkajian
Berdasarkan
klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
a) Aktivitas/istirahat:
Gejala:
·
Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas
fisik rendah, lebih banyak duduk
·
Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu
tinggi
·
Keterbatasan mobilitas fisik akibat
penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)
b) Sirkulasi
Tanda:
·
Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas,
gagal ginjal)
·
Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
c) Eliminasi
Gejala:
·
Riwayat ISK kronis, obstruksi
sebelumnya
·
Penurunan volume urine
·
Rasa terbakar, dorongan berkemih
Tanda:
·
Oliguria, hematuria, piouria
·
Perubahan pola berkemih
·
Makanan dan cairan
d) Diare
Gejala:
·
Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
·
Riwayat diet tinggi purin, kalsium
oksalat dan atau fosfat
·
Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum
air dengan cukup
Tanda:
·
Distensi abdomen, penurunan/tidak ada
bising usus
·
Muntah
e) Nyeri dan
kenyamanan:
Gejala:
Nyeri hebat pada fase akut (nyeri
kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri
dangkal konstan)
Tanda:
·
Perilaku berhati-hati, perilaku
distraksi
·
Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
f) Identitas
·
Nama
: Dengan inisial
·
Umur
:
·
Jenis kelamin : L/P
·
Alamat
:
g) Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan
nyeri, akut/kronik dan kolik yang menyebar ke paha dan
genetelia.
h) Riwayat
Penyakit Dahulu
Biasanya klien yang menderita penyakit
batu ginjal, pernah menderita penyakit infeksi saluran kemih.
i)
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga menderita batu ginjal dan
hipertensi
b. Fungsional
Gordon
a) Pola persepsi
dan management
à Pola ini akan menjelaskan bagaimana penderita batu ginjal
ini mengatasi penyakit yang di deritanya,apakah langsung di bawa ke rumah sakit
atau tidak.
b) Pola nutrisi
dan metabolic
à Menjelaskan bagaimana makan klien, apakah mengalami
muntah. Dan biasanya klien sering mengalami hidrasi
c) Pola eliminasi à Klien akan
mengalami gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit. Dan biasanya klien
terserang diare
d) Pola aktivitas
dan latihan
à Aktivitas dan latihan klien akan terganggu, karena klien
mengalami nyeri dan bengkak pada tungkai
e) Pola kognitif
dan perceptual
à Biasanya klien yang menderita batu ginjal tidak mengalami
gangguan pada penglihatan, dan pendengaran
f) Pola istirahat
dan tidur
à Biasanya tidur dan istirahat klien terganggu, karena
merasakan nyeri yang sangat hebat pada daerah tungkai
g) Pola konsep
diri dan persepsi
à Biasanya klien sering merasa cemas akan penyakitnya
h) Pola peran dan
hubungan
à Klien lebih sering menutup diri, dan sering mengabaikan
perannya baik sebagai suami, maupun ayah
i)
Pola reproduksi dan seksual à Biasanya klien
yang menderita batu ginjal mengalami gangguan reproduksi dan seksual nya,
sehingga iya tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualnya
j)
Pola coping dan toleransi à Klien yang
menderita batu ginjal cenderung stres, karena cemas memikirkan penyakitnya,
yang tak kunjung sembuh
k) Pola nilai dan
keyakinan
à Klien agak susah melakukan aktivitas ibadah nya, karena
dirumah sakit klien menggunakan kateter
c. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan (NANDA, NOC, NIC )
NO
|
DIAGNOSA
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Nyeri akut
Defenisi :
Pengalaman emosional dan sensori yang tidak
menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual dan potensial
atau menunjukkan adanya kerusakan
|
Kontrol Nyeri
Klien diharapkan mampu untuk
:
· Menilai
factor penyebab
· Menilai
gejala dari nyeri
· Gunakan tanda
tanda vital memantau perawatan
· Laporkan
tanda / gejala nyeri pada tenaga kesehatan professional
· Gunakan
catatan nyeri
Tingkat Kenyamanan
Klien diharapkan mampu untuk
:
· Melaporkan
perkembangan fisik
· Melaporkan
perkembangan kepuasan
· Melaporkan
perkembangan psikologi
· Mengekspresikan
perasaan dengan lingkungan fisik sekitar
· Menekspresikan
kepuasan dengan Kontrol nyeri
Tingkatan Nyeri
Klien diharapkan mampu
untuk:
· Melaporkan
Nyeri
· Ekspresi
nyeri lisan
· Ekspresi
wajah saat nyeri
· Melindungi
bagian tubuh yang nyeri
· Perubahan
frekuensi pernapasan
|
Manajemen Nyeri
Intrevensi yang akan
dilakukan :
· Lakukan
penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.
· Evaluasi
bersama pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam menilai efektifitas
pengontrolan nyeri yang pernah dilakukan
· Bantu pasien
dan keluarga mencari dan menyediakan dukungan.
· Gunakan
metoda penilaian yang berkembang untuk memonitor perubahan nyeri serta
mengidentifikasi faktor aktual dan potensial dalam mempercepat penyembuhan
Pemberian Obat Penenang
Intrevensi yang akan
dilakukan :
· Kaji riwayat
kesehatan pasien dan riwayat pemakaian obat penenang
· Tanyakan
kepada pasien atau keluarga tentang pengalaman pemberian obat penenang
sebelumnya
· Lihat
kemungkinan alergi obat
· Tinjau ulang
tentang contraindikasi pemberian obat penenang
Pemberian Analgesic
Intrevensi yang akan
dilakukan :
·
Tentukan lokasi , karakteristik,
mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasien
·
Periksa order/pesanan medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi yang ditentukan analgesik
·
Cek riwayat alergi obat
|
2
|
Kekurangan Volume Cairan
Defenisi :
Keadaan individu yang mengalami penurunan cairanintravaskuler,interstisial,
dan atauintrasel. Diagnosis ini merujuk ke
dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan dalam
natrium.
|
Keseimbangan Elektrolit Asam dan Basa
Klien diharapkan mampu
untuk:
· Denyut jantung
· Irama jantung
· Pernapasan
· Irama napas
· Kekuatan otot
Keseimbangan
Cairan
Klien diharapkan mampu
untuk:
· Tekanan darah, arteri, vena sentral
· Palpasi nadi
perifer
· Kesimbangan
intake & output (24jam)
· Kestabilan
berat badan
· Konfusi yang
tidak tampak
Hidrasi
Klien diharapkan mampu
untuk:
·
Hidrasi kulit
·
Kelembaban membran mukosa
·
Haus yang abormal (-)
·
Perubahan suara napas (-)
·
Napas pendek (-)
·
Mata yang cekung (-)
·
Demam (-)
·
Keringat
|
Manajemen Elektrolit
Intrevensi yang akan
dilakukan :
·
Monitor serum elektrolit abnormal
·
Monitor manifestasi imbalance cairan
·
Pertahankan kepatenan akses IV
·
Berikan cairan sesuai kebutuhan
·
Catat intake dan output secara akurat
Manajemen Syok
Intrevensi yang akan
dilakukan :
·
Monitor tanda dan gejala perdarahan
yang konsisten.
·
Catat pendarahan tertutup pada
pasien.
·
Cegah kehilangan darah (ex :
melakukan penekanan pada tempat terjadi perdarahan)
·
Berikan cairan IV, yang tepat
·
Catat Hb/Ht sebelum dan sesudah
kehilangan darah sesuai indikasi.
·
Berikan tambahan darah (ex :
platelet, plasma) yang sesuai
·
Monitor faktor koagulasi, termasuk
waktu protombin (PT), PTT, fibrinogen, degrtadasi fibrin, den jumlah
platelet, jika diperlukan.
·
Gunakan celana MAST jika perlu.
Pemantauan Cairan
Intrevensi yang akan
dilakukan :
·
Kaji tentang riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan pola eliminasi
·
Kaji kemungkinan factor resiko
terjadinya imbalan cairan (seperti : hipertermia, gagal jantung, diaforesis,
diare, muntah, infeksi, disfungsi hati)
·
Monitor BB, intake dan output
·
Monitor nilai elektrolit urin dan
serum
·
Monitor osmolalitas urin dan serum
·
Monitor denyut jantung, status
respirasi
|
3
|
Gangguan Eliminasi
Defenisi :
disfungsi dalam eliminasi urine
|
Eliminasi urin
Klien diharapkan mampu
untuk:
· Pola
eliminasi
à Urin yang
keluar disertai nyeri,
Urin yang tak lancar keluar, Urin yang
keluar dengan tergesa-gesa,
Pengawasan urin, Pengosongan kandung kemih dengan lengkap, Tahu akan keluarnya
urin, Bau urin, Jumlah urin, Warna urin, Partikel urin
yang bebas, Kejernihan
urin
· Pencernaan
cairan yang adekuat
· Keseimbangan
intake dan output dalam 24 jam
|
Manajemen cairan
Intrevensi yang akan
dilakukan :
·
Timbang BB tiap hari
·
Hitung haluran
·
Pertahankan intake yang akurat
·
Pasang kateter urin
·
Monitor status hidrasi (seperti
:kelebapan mukosa membrane, nadi)
·
Monitor TTV
·
Monitor adanya indikasi
retensi/overload cairan (seperti :edem, asites, distensi vena leher)
·
Monitor perubahan BB klien sebelum
dan sesudah dialisa
·
Monitor status nutrisi
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi batu ginjal adalah batu yang
terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis
ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan
batu slauran kemih yang paling sering terjadi. Pencegahan dari
batu ginjal ini dapat dilakukan dengan menghindari dehidrasi dengan minum
cukup upayakan produksi urine 2 - 3 liter per hari, diet rendah zat/komponen
pembentuk batu, aktivitas harian yang cukup dan medikamentosa.
B.
Saran
Sebagai
seorang perawat kita harus berkompeten dalam melakukan tindakan keperawatan
kepada pasien yang mengalami batu ginjal dan juga kita sebagi seorang perawat
harus juga menjadi contoh dalam melakukan tindakan pencegahan batu ginjal.
DAFTAR
PUSTAKA
Jurnal Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung, April 2016. Nefrolitiasis. Ahmad Fauzi , Marco Manza Adi
Putra
Jurnal Kedokteran Unram 2017.
Evaluasi Angka Bebas Batu pada Pasien Batu Ginjal yang Dilakukan ESWL
Berdasarkan Letak dan Ukuran Batu di Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram
Periode 2015-2016. Lalu Muhammad Kamal Abdurrosid, Akhada Maulana, Yunita
Hapsari, Pandu Ishaq Nandana